Kembang Api Kosmis Di Kelahiran Bintang-Bintang Baru
![]() |
Kembang api kosmis. Kredit: ALMA (ESO/NAOJ/NRAO), J. Bailly/H. Drass |
Para astronom menangkap gambar dramatis di atas saat mereka sedang meneliti dan menjelajahi puing-puing objek seolah-olah kembang api dengan teleskop radio Atacama Large Millimetre/submillimetre Aray (ALMA).
Dari penelitian lanjutan, para astronom menyadari bahwa ledakan seolah-olah kembang api ini merupakan awal kelahiran sekelompok bintang-bintang besar, menawarkan bahwa pembentukan bintang bisa dalam proses ledakan juga.
Terletak pada jarak 1.350 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Orion. Objek seolah-olah kembang api ini terletak di sebuah pabrik pembentukan bintang yang padat dan aktif yang dikenal sebagai Awan Molekuler Orion 1 (Orion Molecular Cloud 1/OMC-1), bab dari kompleks yang sama di dalam Nebula Orion yang terkenal.
Sekitar 500 tahun yang kemudian di OMC-1, diketahui ada dua protobintang yang saling berinteraksi. Hal ini bisa diketahui alasannya yaitu kita kini sanggup melihat hasil dari interaksi tersebut dalam gambar yang diambil memakai teleskop ALMA di atas.
Namun, para astronom tidak yakin apakah interaksi itu merupakan papasan akrab atau gesekan antara dua bintnag tadi. Tapi apapun itu, interaksi tersebut telah memicu letusan besar lengan berkuasa yang mendorong gas, debu, dan banyak protobintang lain untuk bergerak dalam kecepatan sampai 150 kilometer per detik.
Jumlah energi yang dikeluarkan dari ledakan kembang api kosmis ini pun tak main-main. Diperkirakan energinya setara dengan energi yang dipancarkan Matahari kita selama 10 juta tahun!
Kedua protobintang yang terlibat dalam letusan juga telah terdeteksi. Pengamatan menawarkan bahwa salah satu protobintang tersebut bergerak dalam kecepatan 29 kilometer per detik dan yang lainnya sekitar 13 kilometer per detik. Mereka terlihat bergerak dalam arah yang berlawanan dari sentra ledakan, yang menambah bukti bahwa merekalah pelaku ledakan ini.
Penelitian yang diterbitkan di The Astrophysical Journal ini difokuskan pada distribusi dan gerak karbon monoksida. Para astronom bisa memakai molekul ini untuk mengetahui seberapa cepat gas tersebut meninggalkan awan molekuler dan berapa usang ledakan terjadi.
Sumber: Siaran Pers ESO
Posting Komentar
Posting Komentar