Mengapa Bulan Tidak Jatuh Ke Bumi?
![]() |
Bumi dan Bulan, jarak diabaikan. Kredit: NASA |
Dua buah benda akan saling tarik menarik, bila semakin berat, maka semakin besar lengan berkuasa pula gaya tarik menarik tersebut. Bumi dan Bulan merupakan benda yang sangat berat sehingga tarik menariknya pun sangat kuat. Dibandingkan Bulan, Bumi jauh lebih besar dan lebih berat sehingga lebih sulit untuk berpindah. Akibatnya Bulan cenderung mengorbit Bumi. Tarik menarik ini disebut gaya gravitasi.
Jika ada gaya gravitasi, mengapa Bulan tidak jatuh ke Bumi, menyerupai watu yang kita lempar ke atas dan akhirnya kembali jatuh ke Bumi? Pada kenyataannya, sebetulnya Bulan “jatuh” ke Bumi, lho!
Untuk memahaminya, mari kita melaksanakan eksperimen dengan batu. Sebuah watu yang dilempar ke atas akan kembali jatuh ke Bumi. Bagaimana dengan watu yang kita lempar lurus mendatar? Batu tersebut juga akan jatuh ke Bumi sesudah menempuh jarak tertentu.
Lalu, bagaimana kalau watu dilempar mendatar dengan kecepatan lebih besar? Batu akan kembali ke permukaan Bumi sesudah menempuh jarak yang lebih jauh.
Tanpa gravitasi, watu yang dilempar mendatar akan bergerak lurus. Karena Bumi berbentuk bola, permukaannya melengkung, maka watu tersebut semakin usang semakin jauh dari Bumi. Tetapi, alasannya gaya gravitasi, watu tadi akan jatuh ke Bumi. Seandainya kecepatan mendatar watu sangat besar, menyamai kecepatan jatuhnya batu, maka jarak watu dan Bumi akan selalu sama.
![]() |
Ilustrasi. Kredit: Getty Images |
Bagaimana kalau gerakan Bulan melambat? Jika Bulan melambat, kecepatan jatuhnya lebih besar daripada kecepatannya menjauh, kesannya Bulan akan tetap mengelilingi Bumi namun semakin usang semakin erat dan akhirnya menabrak Bumi.
Bagaimana kalau gerakan Bulan lebih cepat dari sekarang? Bulan tidak akan mengorbit Bumi lagi, ia akan terlepas dari garis edarnya ketika ini dan bergerak menjauh dari Bumi kita.
Sumber: AnakBertanya.com, Wired Science.
Posting Komentar
Posting Komentar