Rabu, 31 Oktober 2018

Batas Awal Dan Selesai Waktu Shalat Dhuha Lengkap Dengan Dalilnya

Batas Awal Dan Akhir Waktu Shalat Dhuha Lengkap Dengan Dalilnya - Tidak sembarangan waktu orang melaksanakan sholat sunnah dhuha, lantaran sholat sunnah dhuha itu mempunyai waktu yang telah di tentukan dalam syari'at anutan agama islam walau pun shalat dhuha yakni merupakan shalat sunnat, alasannya sholat sunnah itu ada yang mempunyai waktu tertentu dan mempunyai sebab-sebabnya ada juga sholat sunat yang tidak mempunyai waktu menyerupai sholat sunnah mutlaq itu sanggup dilaksanakan kapan saja asalkan jangan pada waktu yang di haramkan.

Adapu awal sanggup kita melaksanakan sholat dhuha di waktu pagi setelah mata hari terbit dari sebelah timur, tapi jangan bersamaan dengan waktu terbitnya itu tidak di perbolehkan untuk melaksanakan sholat sedangkan batas balasannya melaksanakan sholat sunnah dhuha itu yakni saat matahari telah zawal (zawalusyamsi). Zawalusyamsi mempunyai dua pengertian yaitu: 1. berdasarkan etimologi, 2. terminologi.

Zawalusyamsi secara etimologi  terdiri dari kata penggalan, zawal berarti tergelincir dan as-syams berarti matahari. Sehingga jikalau digabungkan menjadi “matahari tergelincir”. Secara terminologi istilah zawalusyamsi yakni waktu dimana posisi matahari tergelincir dari sentra langit menjelang waktu dzuhur itulah batas simpulan waktu dhuha sehingga setelah itu tidak ada waktu untuk melaksanakan sholat dhuha.

Batas Awal Dan Akhir Waktu Shalat Dhuha Lengkap Dengan Dalilnya Batas Awal Dan Akhir Waktu Shalat Dhuha Lengkap Dengan Dalilnya

Dalil Syar’i
Allah telah menjelaskan dalam al-Quran surat an-Nisa’ ayat 103 bahwa shalat yang diwajibkan itu mempunyai waktu tertentu, sehingga tidak sanggup dilakukan disembarangan waktu tanpa ada alasan yang membolehkan ,

إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا …

“sesungguhnya shalat itu yakni fardlu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”  (QS. an-Nisa’: 103).

Akan tetapi disana Allah tidak menjelaskan secara rinci waktu-waktu shalat fardlu tersebut,  Al-Quran hanya mengisyaratkan, dan dalam ayat lain juga dijelaskan dalam surat Hud ayat 114, al-Isra’ ayat 78 dan surat Thaha ayat 130, yang berbunyi:

وَأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِين


“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS :Hud: 114)

أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآَنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآَنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا

Dirikanlah shalat dari sehabis matahari tergelincir hingga gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al-Isyra’ : 78)

فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا وَمِنْ آَنَاءِ اللَّيْلِ فَسَبِّحْ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضَى

“Maka sabarlah kau atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kau merasa senang” (QS Thaha: 130)

Ayat-ayat di atas semuanya berupa isyarat-isyarat waktu shalat bukan waktu yang diperinci, Kemudian Hadits Nabi yang mengambarkan perihal waktu-waktu shalat yakni hadits yang diriwayatkan oleh at-Turmudzy dari jabir bin abdullah r.a sebagai berikut :

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ اَنَّ جِبْرِيْلَ اَتَى النَّبِيَّ صلى الله عليه و سلم يُعَلّمُهُ مَوَاقِيْتَ الصَّلاَةِ، فَتَقَدَّمَ جِبْرِيْلُ وَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم خَلْفَهُ وَ النَّاسُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم فَصَلَّى الظُّهْرَ حِيْنَ زَالَتِ الشَّمْسُ، فَاَتَاهُ حِيْنَ كَانَ الظّلُّ مِثْلَ شَخْصِهِ فَصَنَعَ كَمَا صَنَعَ فَتَقَدَّمَ جِبْرِيْلُ وَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم  خَلْفَهُ وَ النَّاسُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم فَصَلَّى اْلعَصْرَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ وَجَبَتِ الشَّمْسُ فَتَقَدَّمَ جِبْرِيْلُ وَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم خَلْفَهُ وَ النَّاسُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم فَصَلَّى اْلمَغْرِبَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ غَابَ الشَّفَقُ فَتَقَدَّمَ جِبْرِيْلُ وَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم خَلْفَهُ وَ النَّاسُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم فَصَلَّى اْلعِشَاءَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ اِنْشَقَّ اْلفَجْرُ فَتَقَدَّمَ جِبْرِيْلُ وَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم خَلْفَهُ وَ النَّاسُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم فَصَلَّى اْلغَدَاةَ ثُمَّ اَتَاهُ اْليَوْمَ الثَّانِيَ حِيْنَ كَانَ ظِلُّ الرَّجُلِ مِثْلَ شَخْصِهِ فَصَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعَ فِى اْلاَمْسِ فَصَلَّى الظُّهْرَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ كَانَ ظِلُّ الرَّجُلِ مِثْلَ شَخْصَيْهِ فَصَنَعَ كَمَا صَنَعَ فِى اْلاَمْسِ فَصَلَّى اْلعَصْرَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ وَجَبَتِ الشَّمْسُ فَصَنَعَ كَمَا صَنَعَ  بِاْلاَمْسِ فَصَلَّى اْلمَغْرِبَ، فَنِمْنَا ثُمَّ قُمْنَا ثُمَّ نِمْنَا ثُمَّ قُمْنَا، فَاَتَاهُ فَصَنَعَ كَمَا صَنَعَ بِاْلاَمْسِ فَصَلَّى اْلعِشَاءَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ اِمْتَدَّ اْلفَجْرُ وَ اَصْبحَ وَ النُّجُوْمَ بَادِيَةٌ مُشْتَبِكَةٌ فَصَنَعَ كَمَا صَنَعَ بِاْلاَمْسِ فَصَلَّى اْلغَدَاةَ. ثُمَّ قَالَ: مَا بَيْنَ هَاتَيْنِ الصَّلاَتَيْنِ وَقْتٌ. (النسائى)


Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata : bergotong-royong malaikat Jibril tiba kepada Nabi SAW mengajarkan waktu-waktu shalat (wajib). Lalu Jibril maju dan Rasulullah SAW berdiri di belakangnya, dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah SAW, kemudian shalat Dluhur saat matahari telah tergelincir.

Kemudian Jibril tiba kepada Nabi saat bayangan seseorang sama panjangnya, kemudian dia melaksanakan sebagaimana yang telah ia lakukan, Jibril maju dan Rasulullah SAW berdiri di belakangnya dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah SAW kemudian shalat ‘Ashar.

 Kemudian Jibril tiba lagi saat matahari terbenam, Jibril maju dan Rasulullah SAW berdiri di belakangnya dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah SAW, kemudian shalat Maghrib.

Kemudian Jibril tiba lagi kepada dia saat telah hilang cahaya merah, Jibril maju dan Rasulullah SAW berdiri di belakangnya dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah SAW, kemudian shalat ‘Isyak.

Kemudian Jibril tiba lagi kepada dia saat terbit fajar, Jibril maju dan Rasulullah SAW berdiri di belakangnya, dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah SAW, kemudian shalat Shubuh.

Kemudian pada hari kedua Jibril tiba lagi kepada dia saat bayangan seseorang sama dengan panjangnya, kemudian melaksanakan menyerupai yang telah dilakukan kemarin, kemudian shalat Dluhur.

Kemudian Jibril tiba lagi kepada dia saat bayangan seseorang dua kali panjangnya, kemudian melaksanakan sebagaimana yang telah dilakukan kemarin, kemudian shalat ‘Ashar.

Kemudian Jibril tiba lagi kepada dia saat matahari terbenam, kemudian melaksanakan sebagaimana yang dilakukan kemarin, kemudian shalat Maghrib.

Kemudian kami tidur, kemudian bangun, kemudian tidur lagi, kemudian bangun, kemudian Jibril tiba lagi kepada beliau, kemudian melaksanakan sebagaimana yang dilakukan kemarin, kemudian shalat ‘Isyak.

Kemudian Jibril tiba lagi kepada dia saat waktu fajar sudah usang dan sudah pagi tetapi bintang-bintang masih tampak jelas, kemudian melaksanakan sebagaimana yang dilakukan kemarin, kemudian shalat Shubuh. Kemudian Nabi SAW bersabda, “Antara dua waktu shalat inilah waktunya shalat-shalat fardlu”. (HR. Nasa’i).
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو عَنِ النَّبِيّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: وَقْتُ الظُّهْرِ مَا لَمْ يَحْضُرِ اْلعَصْرُ وَ وَقْتُ اْلعَصْرِ مَا لَمْ تَصْفَرَّ الشّمْسُ وَ وَقْتُ اْلمَغْرِبِ مَا لَمْ يَسْقُطْ ثَوْرُ الشَّفَقِ وَ وَقْتُ اْلعِشَاءِ اِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ وَ وَقْتُ اْلفَجْرِ مَا لَمْ تَطْلُعِ الشَّمْسُ.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, dari Nabi SAW, dia bersabda, “Waktu Dluhur yakni selama belum tiba waktu ‘Ashar. Waktu ‘Ashar yakni selama matahari belum berwarna kuning. Waktu Maghrib yakni selama belum hilang cahaya merah. Waktu ‘Isyak yakni hingga tengah malam. Dan waku Shubuh yakni selama belum terbit matahari. (HR. Muslim).

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم قَالَ: وَقْتُ الظُّهْرِ اِذَا زَالَتِ الشَّمْسُ وَ كَانَ ظِلُّ الرَّجُلِ كَطُوْلِهِ مَا لَمْ يَحْضُرِ اْلعَصْرُ، وَ وَقْتُ اْلعَصْرِ مَا لَمْ تَصْفَرَّ الشَّمْسُ وَ وَقْتُ صَلاَةِ اْلمَغْرِبِ مَا لَمْ يَغِبِ الشَّفَقُ وَ وَقْتُ صَلاَةِ اْلعِشَاءِ اِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ اْلاَوْسَطِ وَ وَقْتُ صَلاَةِ الصُّبْحِ مِنْ طُلُوْعِ اْلفَجْرِ مَا لَمْ تَطْلُعِ الشَّمْسُ (.مسلم)


Dari ‘Adullah bin ‘Amr, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda. Waktu shalat Dluhur ialah manakala matahari sudah condong ke barat (hingga) bayang-bayang seseorang sama dengan panjangnya, dan selama belum tiba waktu ‘Ashar. Waktu ‘Ashar yakni selama matahari belum berwarna kuning. Waktu Maghrib yakni selama belum hilang mega atau awan merah. Waktu ‘Isyak yakni hingga tengah malam. Waktu Shubuh yakni semenjak terbit fajar selama matahari belum terbit”. (HR. Muslim).

Nah itulah batas batas awal dan simpulan waktu melaksanakan sholat dhuha lengkap dengan dalilnya, supaya kita sanggup melaksanakan dengan khusu' dan tawadlu, juga itulah pengertian  dari pada Zawalusyamsi dalam bahasa etimologi dan terminologi serta di perkuat dengan adanya dalil-dalil dari. al-Qur'an dan al-Hadist, untuk tata cara sholat dhuha sanggup anda terus update disini lantaran kami telah menyajikan beberapa banyak artikel yang menjelaskan tata cara sholat-sholat sunnat yang lainnya.

Label:

Tata Cara Bacaan Doa Sebelum Dan Sehabis Wudhu Yang Benar

Tata Cara Bacaan Doa Sebelum Dan Setelah Wudhu Yang Benar.- Wudhu yakni merupakan salah satu dari syarat syahnya shalat, sebab dengan wudhu semua hadats kecil akan hilang(suci), namun yang tidak akan sanggup hilang hanyalah hadast besar, kalau hadast besar itu sanggup hilang dengan cara mandi besar (Adus) dengan tata cara membasuh seluruh badan dari ujung kaki hingga kepala.

Dengan demikian maka Admin disini akan sedikit menyebarkan bacaan doa sebelum dan sesudah  wudhu sebagai suplemen dari pada artikel sebelumnya yakni bacaan niat wudhu yang dilengkapi dengan bahasa arab goresan pena latin lengkap dengan artinya yang benar sesuai dengan tuntuna Nabi Muhammad SAW , barang kali masih ada yang masih bilum faham benar atau sebab mungkin lupa lagi pengertian dan doa sehabis wudhu.

Nah bagi saudara kami seiman dan seperjuangan dimana pun berada yang masih belum hafal bacaan doa wudhu jangan sungkan-sungkan untuk berkunjung ke alamat kami; toplintas.com, sebab pada blog ini telah Admin rangkum aneka macam Doa-doa dan tata cara shalat yang benar dan banyak lagi mas'alah lainnya, dan berikut yakni bacaan doa setelah wudhu arab dan latin lengkap dengan artinya.

Tata Cara Bacaan Doa Sebelum Dan Setelah Wudhu Yang Benar Tata Cara Bacaan Doa Sebelum Dan Setelah Wudhu Yang Benar

Adapun Tata Cara Wudhu Adalah Sebagai Berikut :

1. Membaca kalimat basmallah sambil mencuci kedua belah tangan hingga dengan pergelangan tangan hingga bersih.
2. Kemudian dilanjutkan dengan berkumur-kumur tiga kali sambil membersihkan gigi.
3. Setelah berkumur, selanjutnya yakni mencuci lubang hidung tiga kali
4. Selanjutnya yakni mencuci muka tiga kali mulai dari daerah dimana tumbuhnya rambut kepala hingga bawah dagu dan dari pendengaran kanan ke pendengaran kiri sambil membaca doa niat wudhu yaitu sebagai berikut :

نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِرَفْعِلْ الْحَدَثِ الْاَصْغَرِ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَا لَى


Nawaitul wudluu-a liraf’il hadatsil ashghari fardlan lillaahi ta’aala.
Artinya : Aku niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil fardhu sebab Allah.

5. Setelah membasuh muka lalu mencuci kedua belah tangan hingga pada siku-siku tangan dalam tiga kali.
6. Setelah mencucui kedua belah tangan hingga siku-siku tangan, lalu menyapu sebagian rambut kepala tiga kali.
7. Selesai menyapu sebagian rambut kepada,kemudian dilanjutkan dengan menyapu kedua belah pendengaran tiga kali.
8. Dan urutan yang terakhir yaitu mencuci kedua belah kaki tiga kali dari/sampai mata kaki.

Bacaan Doa Sesudah Ambil Air Wudhu (Doa Selesai Wudhu)

اَشْهَدُ اَنْ لآّاِلَهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمَّ اجْعَلْنِىْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِىْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ


ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLOOHU WAHDAHUU LAA SYARIIKA LAHU WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN 'ABDUHUUWA ROSUULUHUU, ALLOOHUMMAJ'ALNII MINAT TAWWAABIINA WAJ'ALNII MINAL MUTATHOHHIRIINA

Artinya :Aku mengaku bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saya mengaku bahwa Nabi Muhammad itu yakni hamba dan Utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah saya dari golongan orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah saya dari golongan orang-orang yang bersuci (sholeh)

Itulah yang sanggup Admin sampaikan mengenai bacaan doa sebelum dan setelah wudhu arab latin lengkap dengan artinya, begitu juga kami sajikan doa mandi wajib, doa masuk dan keluar kamar mandi, batas final waktu dhuha, doa sebelum tidur doa sholat tasbih sholat tahajud dan masih banyak lagi yang lainny,   biar dengan adanya artikel ini membawa manfaat bagi kita dan kita sanggup melakukan wudhu secara lebih sempurna.

Label:

Selasa, 30 Oktober 2018

Cara Mandi Junub Rasulullah Saw | Sudahkah Kita Mengikutinya?


 Kali ini kita akan mengilas kajian Tata Cara Mandi Junub sesuai yang telah dicontohkan ol Cara Mandi Junub Rasulullah SAW | Sudahkah Kita Mengikutinya?
Ilustrasi Shower untuk Mandi Junub (gambar telah dimodifikasi dari google.co.id)

Cara Mandi Junub Rasulullah SAW | Sudahkah Kita Mengikutinya?

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sahabat LangitAllah.com yang Insya Allah di Rahmati oleh Allah. Kali ini kita akan mengilas kajian Tata Cara Mandi Junub sesuai yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Ya, kajian Cara Mandi Junub Rasulullah SAW.

Islam telah menjadi agama yang paling benar dan diridhai Allah SWT. Salah satu ciri kebenaran Islam ini yaitu pedoman yang ada di dalam Islam. Setiap yang kita lakukan mulai tidur, bangun, beraktifitas hingga tidur kembali, semua telah diatur oleh pedoman Islam semoga sanggup bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Termaauk ibadah mandi. Mandi junub atau mandi wajib atau juga sering disebut mandi besar yaitu termasuk salah satu ibadah yang diwajibkan kepada pasangan suami Istri yang telah berafiliasi tubuh maupun sesudah mimpi basah. Bahkan bagi yang belum mempunyai pasangan hidup atau jomblo, dalam kondisi tertentu. Mandi junub berbeda dengan mandi biasa, muali niat maupun tata caranya, semuanya berbeda. Nyatanya, dalam kehidupan kita sehari-hari tak jarang kita temui orang yang sedang mendiskusikan tentang Tata Cara Mandi Junub Rasulullah SAW.

Hal ini menawarkan bahwa tak tak semua orang mengetahui dengan benar bagaimana tata cara mandi junub Rasulullah SAW yang benar sesuai dengan tuntunan hadits dan sunnah. Nah, semoga semua tampak terang dan terang, sebaiknya kita balas secara runut mulai dari alasan diwajibkannya mandi junub, hingga tata cara mandi junub Rasulullah yang benar.

Mengapa Mandi Junub Itu Diwajibkan


Pertanyaan di atas memang membutuhkan balasan yang tidak sekedar balasan biasa. Jawaban yang pertanyaan tersebut butuhkan yaitu mulai semenjak kapan mandi junub itu diwajibkan dan mengapa-mengapa yang lainnya secara gamblang. Syaikh Dr. Yusuf Qardhawi menjawab dan menjelaskan pertanyaan ini, bahwa mandi yaitu ibadah yang ditetapkan eksklusif oleh Allah SWT.

Yang perlu kita garis bawahi yaitu bahqa Ibadah itu harus dikerjakan sesuai syariat-Nya baik diketahui hikmahnya atau tidak diketahui. Yang niscaya semua hamba Allah yang beriman wajib mengikuti apa yangvtelah disyariatkan.

Syaikh Dr. Yusuf Qardhawi secara singkat mengatakan  banyak dokter yang menyatakan bahwa mandi sesudah melaksanakan hubungan biologis sanggup mengembalikan kekuatan tubuh dan mengembalikan tenaga yang hilang sehingga tubuh kembali merasa segar dan fit. Kegiatan mandi sangat bermanfaat bagi tubuh dan jiwa kita, dan apabila mandi ini ditinggalkan, maka sanggup menjadikan madharat bagi tubuh kita.

Bagaimana Asal Usul Mandi Junub


Mandi Wajib atau mandi besar itu sama pengertiannya dengan mandi junub. Kata Mandi junub berasal dari kata Janaba, yang berarti sisi atau kepingan tertentu. Mandi junub sanggup disebut sebagai mandi besar atau mandi wajib, dimana kita mandi memakai air suci mensucikan dengan mengalirkan air tersebut ke seluruh tubuh dari mulai ujung rambut hingga ujung kaki kita.

Lalu apa tujuannya?

Sebagaimana aktifitas yang lain, mandi junub juga mempunyai tujuan. Tujuan mandi junub sendiri yaitu menghilangkan hadast besar semoga kita sanggup suci dan sah melaksanakan ibadah.

Mandi Junub diwajibkan Bagi Siapa?

Tak semua orang diwajibkan melaksanakan mandi junub, hanya lantaran karena tertentu saja maka seseorang itu dikenai eksekusi Wajib melaksanakan mandi junub. Berikut ini beberapa lantaran atau alasan mengapa seseorang itu diwajibkan untuk mandi junub, yakni :

  1. Mengeluarkan air mani, baik sengaja maupun tidak
  2. Setelah berafiliasi tubuh (bagi pasangan suami istri)
  3. Setelah selesai masa menstruasi (bagi wanita)
  4. Selesai melahirkan/nifas
  5. Saat seseorang meninggal dunia.


Tata cara Mandi Junub Rasulullah SAW yang Benar sesuai sunnah

Terkait aktifitas mandi junub ini, ada beberapa riwayat hadits yang menyebutkan, yakni : dari Aisyah ra. dan Maimunah binti Al Harits ra. Kedua perempuan ini merupakan istri nabi, sehingga apa yang mereka sampaikan sudah niscaya sanggup menjadi tuntunan bagi kita semua.

Menurut Hadits riwayat Aisyah ra. dalam hadits Bukhari :

“Mandi” pada pembahasan mandi junub di sini yaitu “membasahi seluruh tubuh dengan air dan diawali dengan niat untuk mandi wajib”. Menetapkan niat dalam mandi ini merupakan hal yang wajib bagi pria maupun wanita.

Dari Umar bin Khaththab, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

“Sesungguhnya segala amalan itu tidak lain tergantung pada niat.”

عن عائشة رضي الله عنها قالت : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا اغتسل من الجنابة غسل يديه ، ثم توضأ وضوءه للصلاة ، ثم اغتسل ، ثم يخلل بيده شعره حتى إذا ظن أنه قد أروى بشرته أفاض عليه الماء ثلاث مرات ، ثم غسل سائر جسده

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha; dia berkata, “Bahwa jikalau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dari janabah maka dia mulai dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian berwudhu sebagaimana wudhunya untuk shalat, kemudian memasukkan jari-jarinya kedalam air kemudian menyela dasar-dasar rambutnya, hingga dia menyangka air hingga kedasar rambutnya kemudian menyiram kepalanya dengan kedua tangannya sebanyak tiga kali kemudian dia menyiram seluruh tubuhnya.” (HR. Bukhari no. 248).

Dari keterangan hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah ra di atas, sanggup kita rincikan sebagai berikut ini :

  1. Tuangkan air untuk membasuh kedua telapak tangan
  2. Berwudhu menyerupai wudhu untuk sholat
  3. Ambil sebagian air kemudian menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut hingga rata
  4. Setelah itu ambil air dan cuci kepala sebanyak tiga kali
  5. Lalu ambil air lagi kemudian cuci kepingan tubuh memakai sabun dan seterusnya sebagaimana mandi biasa

Sedangkan berdasarkan hadits riwayat Maimunah Binti al-Harits ra dalam hadits Bukhari :

حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ عِيسَى قَالَ أَخْبَرَنَا الْفَضْلُ بْنُ مُوسَى قَالَ أَخْبَرَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ سَالِمٍ عَنْ كُرَيْبٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ مَيْمُونَةَ قَالَتْ وَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَضُوءًا لِجَنَابَةٍ فَأَكْفَأَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا ثُمَّ غَسَلَ فَرْجَهُ ثُمَّ ضَرَبَ يَدَهُ بِالْأَرْضِ أَوْ الْحَائِطِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَغَسَلَ وَجْهَهُ وَذِرَاعَيْهِ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى رَأْسِهِ الْمَاءَ ثُمَّ غَسَلَ جَسَدَهُ ثُمَّ تَنَحَّى فَغَسَلَ رِجْلَيْهِ قَالَتْ فَأَتَيْتُهُ بِخِرْقَةٍ فَلَمْ يُرِدْهَا فَجَعَلَ يَنْفُضُ بِيَدِهِ

Telah menceritakan kepada kami [Yusuf bin 'Isa] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Al Fadlol bin Musa] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Al A'masy] dari [Salim] dari [Kuraib] sahaya Ibnu 'Abbas dari [Ibnu 'Abbas] radliallahu 'anhu dari [Maimunah] berkata,: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. mengambil seember air untuk mandi janabat. Beliau menuangkan dengan telapak tangan kanannya ke atas telapak tangan kirinya kemudian mencucinya dua kali atau tiga kali. Lalu mencuci kemaluannya kemudian memukulkan tangannya ke tanah atau dinding dua kali atau tiga kali. Kemudian berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung kemudian mencuci wajahnya. Kemudian berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung kemudian mencuci wajahnya dan kedua lengannya. Kemudian mengguyurkan air ke atas kepalanya kemudian membasuh badannya dan mengakhirinya dengan membasuh kedua telapak kakinya". 'Aisyah berkata,: "Maka saya berikan potongan kain tapi Beliau tidak memerlukannya, dan Beliau mengeringkan (membersihkan air dari) badannya dengan tangannya". (HR. Bukhari nomor 265)


Menurut Hadit riwayat Maimunah ra, Rasululah SAW melaksanakan mandi junub dengan cara sebagai berikut :

  1. Mengambil air dengan asisten kemudian membasuh kemaluan dengan tangan kirinya
  2. Membersihkan tangan kiri tadi dengan sabun
  3. Menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut hingga rata
  4. Lalu kemudian membasuh kepala dengan air sebanyak 3 kali
  5. Berwudhu menyerupai wudhu akan sholat tapi hingga kepingan membasuh indera pendengaran kanan dan kiri
  6. Menyiram dan membasuh semua kepingan tubuh
  7. Lalu membasuh kedua kaki

Nah, sesudah membaca kedua klarifikasi hadits yang diriwayatkan oleh para istri Nabi Muhammad SAW di atas, kira-kira mana yang kita pilih? Tidak perlu bingung, lantaran berdasarkan Aisyah Ra atau Maimunah Ibnu Al Harits, semuany benar tidak ada yang salah.

Maka dari sinilah kemudian ulama menggabungkan ke-2 hadits ini sehingga Tata Cara Mandi Junub Rasulullah SAW menjadi sebagai berikut :

  1. Mengambil air kemudian cuci kedua telapak tangan
  2. Membasuh kemaluan dengan tangan kiri
  3. Cuci tangan kiri dengan sabun, sesudah kepingan ini Rasulullah tidak menyentuh kemaluan lagi untuk dibersihkan
  4. Menyela kepingan rambutnya dengan air (menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut hingga rata)
  5. Basuh dan guyur kepala
  6. Berwudhu lengkap sebagai wudhu akan sholat
  7. Mengguyur dan mebasuh bagain tubuh secara keseluruhan kecuali kemaluan, kita tidak boleh untuk memegang Kemaluan.

Begitulah tata cara mandi junub Rasulullah SAW yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW untuk diteldani dan diikuti oleh kita ummat dia SAW. Semoga kajian artikel ini sanggup bermanfaat bagi kita semua, baik itu dipakai untuk diri sendiri dan akan lebih baik jikalau kita bersedia untuk menyampaikannya kepada kaum muslimin yang lainnya sebagai ladang pahala sedekah jariyyah bagi kita. Sebab tak ada siapapun yang akan menjadi penolong kita kelak dihadapan Pengadilan Allah Subhanahu Wa Ta'ala kecuali amalan baik kita selama hidup di dunia ini. Jangan sia-siakan hidup kita dengan kesibukan dunia. Mari kejar Ridha Allah. Wallahu a'lam bishshowab. (LangitAllah.com)



Kajian Ust. Adi Hidayat, Lc, MA

Sumber: Vidio kajian Ust. adi Hidayat di Youtube.

Label: ,

Kisah Sedekah Suami Dan Istri Yang Sholehah, Bikin Terharu Dan Sadar


Kisah Sedekah Suami dan Istri Yang Sholehah, Bikin Terharu dan Sadar

 Kisah Sedekah Suami dan Istri Yang Sholehah Kisah Sedekah Suami dan Istri Yang Sholehah, Bikin Terharu dan Sadar
Ilustrasi Kisah Sedekah Suami dan Istri Yang Sholehah kepada Ibunya (gambar telah dimodifikasi dari google.co.id)

Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, Segala Puji hanya milik Allah Azza Wa Jalla. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.

Sahabat, inilah Langit Allah. Langit yang menaungi kita sepanjang hidup kita di alam syahadah (dunia) ini. Dunia yang Allah ciptakan untuk kita beribadah hanya kepadaNYA saja, tanpa mempersekutukannya dengan sesuatu apapun selainNYA.

Kali ini langitallah.com akan menyajikan sebuah kisah sekaligus sebagai renungan bagi kita semua hamba Allah yang senantiasa mengharapkan ridhaNYA. Sebuah kisah seorang istri yang sangat sholehah.

Dalam kisah ini kita diingatkan biar sanggup menyadari bahwa semua yang kita dapatkan belum tentu menjadi rezeki kita yang sesungguhnya. Gaji, upah, jasa dalam bentuk uang, semua itu belum menjadi rezeki kita jikalau belum bermanfaat bagi kehidupan alam abadi kita.

Inilah kisah seorang istri yang sholehah. Silakan dibaca perlahan dan difahami isinya.


Kisah ini menceritakan ihwal seorang suami yang bekerja di sebuah perusahaan terkemuka. Seperti biasanya, setiap simpulan tahunnya pihak perusahaan akan menawarkan semacam bonus untuk mengapresiasi seluruh karyawannya yang telah menawarkan kinerjanya yang baik untuk kemajuan perusahaan.

Sore itu, sebelum pulang dari kantornya, sang suami menelpon istrinya di rumah, "Sayang, alhamdulillah, bonus simpulan tahun dari perusahaan sudah turun, dan alhamdulillah dapet Rp. 150 juta." Di ujung telpon sang istri tentu saja sangat bahagia mendengar kabar baik ini dan kemudian ia mengungkapkan rasa syukurnya, "Alhamdulillah....Ya Rabb, semoga barokah ya mas".

Sejak beberapa bulan yg kemudian keluarga ini sudah merencanakan untuk membeli sebuah kendaraan beroda empat sederhana untuk keluarga kecilnya. Dan uang bonus yang perusahaan berikan ia rasa cukup pas dan sesuai dengan budget yang ia perlukan untuk mewujudkan keinginannya itu. Lalu sang suami bergegas pulang ke rumah untuk menemui istrinya tercinta.

Namun dalam perjalanan pulang, beliau menerima telepon dari ibunya di kampung. Dari dialog yang disampaikan oleh ibunya, ia merasa tampaknya orang renta tercintanya itu sedang membutuhkan bantuannya.

"Ibu bilang aja, saya kan anak ibu" tanyanya kepada sang ibu, di ujung bunyi kemudian menjawab, "Nak....., maafin ibu sebelumnya, kau ada tabungan ga? Tadi ada orang tiba ke rumah. Ternyata almarhum ayahmu punya hutang ke beliau cukup besar, Rp. 50 juta, nak. Ibu gundah mau dapet uang dari mana sebanyak itu".

Tanpa pikir panjang, ia pun eksklusif bilang ke ibunya, "Iya, Bu, insyaAllah ada. Ibu jangan khawatir ya... Nanti ibu sakit gimana? Insya Allah ada kok bu"

Dalam perjalanan pulang ia pun sambil berpikir dan berkata dalam hati, "Nggak apa-apa lah, masih cukup untuk beli kendaraan beroda empat yang 100 jutaan. Mungkin ini lebih baik."

Lalu ia pun melanjutkan perjalanan menuju rumahnya, ia khawatir istrinya sudah cemas menunggu kedatangannya. Belum tiba di rumah, HP-nya kembali berdering. Seorang sahabat karibnya semasa Sekolah Menengan Atas tiba-tiba menghubunginya sambil menangis. Sahabatnya itu sambil bicara terbata-bata mengabarkan bahwa anaknya harus segera dioperasi minggu ini. Banyak biaya yang tidak bisa dicover oleh asuransi kesehatan dari pemerintah. Tagihan dari rumah sakit sangat besar baginya, Rp. 80 juta.

Ia pun berpikir sejenak. Dalam benaknya ia mulai berhitung, uang bonusnya tinggal 100 juta sesudah ia keluarkan untuk membantu ibunya yang juga sangat membutuhkan bantuannya. Jika 80 juta ini diberikan kepada sahabatnya, maka tahun ini ia niscaya gagal membeli kendaraan beroda empat impiannya.

Namun nuraninya mengetuk dan berbisik, "Berikanlah padanya.... Mungkin kau memang yaitu jalan yang Allah pilih untuk menolong sahabatmu itu. Mungkin ini memang rezekinya yang tiba melalui mediator dirimu." kemudian ia pun menuruti panggilan nuraninya.

Tak usang berselang, setibanya di rumah, ia menemui istrinya dengan wajah yang lesu. Sang istri pun bertanya, "Kenapa, mas? Ada masalah? Nggak ibarat biasanya pulang kantor sedih gini?" Sang suami kemudian mengambil napas panjang, "Tadi ibu di kampung telp, butuh 50 juta untuk bayar utang almarhum bapak. Nggak lama, sahabat kakak juga telp, butuh 80 juta untuk operasi anaknya. Uang kita tinggal 20 juta. Maaf ya, tahun ini mungkin kita nggak jadi beli kendaraan beroda empat dulu."

Sang istri pun tersenyum, "Aduh, mas, kirain ada persoalan apaan. Mas, uang kita yang bergotong-royong bukan yang 20 juta itu, tapi yang 130 juta. Uang yang kita infakkan kepada orang renta kita, kepada sahabat kita, itulah harta kita yang sesungguhnya. Yang akan kita bawa menghadap Allah, yang mustahil bisa hilang jikalau kita ikhlas. Sedangkan yang 20 juta di rekening itu, masih belum jelas, benaran harta kita atau akan menjadi milik orang lain."

Sang istri pun memegang tangan suaminya, "Mas, insyaAllah ini yang terbaik. Bisa jadi jikalau kita beli kendaraan beroda empat ketika ini, justru menjadi keburukan bagi kita. Bisa jadi petaka besar justru tiba ketika kendaraan beroda empat itu hadir ketika ini. Maka mari baik sangka kepada Allah, lantaran kita hanya tahu yang kita inginkan, sementara Allah-lah yang lebih tahu apa yang kita butuhkan".

Tadabbur


Sahabat, itulah kisah seorang istri sholehah yang menciptakan mata kita terbuka ihwal bagaimana rezeki kita yang sesungguhnya. Apakah semua yang Allah titipkan melalui mediator kita itu sudah menjadi baik bagi kita? Apakah harta yang kita kumpulkan selama ini telah bermanfaat bagi keluarga kita dan orang lain yang membutuhkan santunan kita?

Saudaraku... Apalah artinya harta dan kesenangan dunia ini jikalau alam abadi kita belum kita benahi dari ketika ini. Sesungguhnya ada 3 hal ihwal diam-diam dibalik rezeki yang Allah titipkan melalui kita. Rezeki yang memang telah menjadi hak milik kita hingga sanggup kita membawanya menghadap kepada Allah Sang Pemberi Rezeki.

Diantara 3 hal itu yaitu :

1. Rezeki yang telah kita makan
2. Rezeki yang telah kita belanjakan
3. Rezeki yang telah kita SEDEKAHkan

Poin yang ke-3 inilah yang sedang kita bahas dan berupaya kita renungkan ketika ini. Makanan serta pakaian dan juga uang yang banyak kita punya itu akan menjadi rezeki perhiasan jikalau kita sedekahkan. Baju yang banyak namun tidak terpakai oleh kita yang hanya menumpuk dan memenuhi ruang dalam lemari tidak akan menawarkan kepada kita perhiasan apa-apa, kecuali hanya menambah ongkos perawatannya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al Qur'an Surah Al Baqarah ayat 195 :

وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
  

"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kau menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, lantaran sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik".

Dengan harta titipan itu, kita sanggup membeli hingga 100 an piring makanan, namun hanya 2 piring saja yang sanggup kita habiskan. Bukankah 98 piring itu akan lebih baik bagi kita di sisi ALLAH jikalau kita sedekahkan kepada tetangga dan orang miskin di sekitar kita?. Untuk apa kita menyimpan masakan kita dalam lemari dan kulkas yang tidak jarang akibatnya membusuk dan basi, bukankah lebih baik jikalau tetangga di sekitar kita juga turut menikmatinya? Mengapa kita begitu bersemangat menumpuk harta kekayaan di dunia yang fana ini? Mengumpulkan uang di Bank hingga ajal menjemput dan melupakan berzakat dengan harta itu.

Sahabatku... Semua yang hidup akan mencicipi mati. Dan harta kita tak sanggup untuk memperpanjang usia kita. Yang tertinggal hanya sisa sedekah saja. Kalau kita lupa bersedekah selama hidup maka bangkrutlah kita di alam abadi nanti. Menjadi orang paling celaka sedunia, Padahal kita mempunyai sumberdaya untuk menambah pundi-pundi amal di dunia ini, tapi tidak kita dilakukan.

Ingatlah firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Al Qur'an Surah Al Baqarah ayat 245 :


مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقْرِضُ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَٰعِفَهُۥ لَهُۥٓ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَٱللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۜطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ


"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kau dikembalikan".


Saudaraku... Ingatkan saya jikalau saya sombong.
Rezeki yang kita miliki sama saja dengan mereka yang hidupnya miskin? Mereka makan kita juga makan. Mereka berpakaian sepasang kita juga hanya bisa menggunakan sepasang dari ribuan lembar lainnya di lemari.
Kita mempunyai segalanya, namun jikalau si miskin bersedekah maka ia lebih berarti sedekahnya di sisi Allah dibanding kita yang lebih bisa melakukannya. Sebab berSedekah dalam keterbatasan jauh lebih mulia dibanding sedekah disaat lapangnya hidup kita.

Saudaraku... Mari kita saling mengingatkan dalam kebaikan dan taqwa. Mari bersedekah, alasannya yaitu sedekah kita akan membantu kita menghadapi pengadilan Allah di alam abadi kelak. Wallahu a'lam bishshawab. (langitallah.com)

Label: , , , ,

5 Dosa Suami Kepada Istri Yang Anda Harus Ketahui

 Dosa Suami Kepada Istri Yang Anda Harus Ketahui  5 Dosa Suami Kepada Istri Yang Anda Harus Ketahui
Ilustrasi Istri Menangis Karena Dosa Suaminya (gambar dari google.co.id yang telah dimodifikasi)

5 Dosa Suami Kepada Istri Yang Anda Harus Ketahui


Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sahabat LangitAllah.com, ijab kabul merupakan sebuah ikatan suci yang mengikat dua manusia yang berbeda jenis (laki-laki dan wanita) menjadi sepasang suami istri lengkap disertai dengan segala hak dan kewajibannya masing-masing. Bagi sebagaian orang ijab kabul itu sebuah insiden sakral, yang hanya dianjurkan dilakukan sekali saja dalam hidup ini. Di balik kalimat itu terkandung makna Kesetiaan terhadap pasangan kita.

Meski banyak kalangan memandang ijab kabul itu yaitu sebuah ikatan suci yang sakral dan hanya sanggup dilakukan sekali saja, namun dalam kenyataannya terkadang seorang suami atau istri tak sedikit yang malah terperosok dalam perbuatan dosa  terhadap pasangannya. Dosa yang mungkin juga dilakukan tanpa sengaja alasannya yaitu ketidaktahuan wacana hakikat diri dalam rumah tangga.

Segala hal yang disengaja ataupun tidak, perbuatan dosa dan kesalahan merupakan kedurhakaan terhadap Allah SWT, dan juga tentunya akan sangat mengganggu kita dalam upaya mewujudkan rumah tangga keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah.

Sahabat, perlu kita memahami bahwa baik suami atau pun istri, niscaya pernah melaksanakan dosa dan kesalahan terhadap pasangannya. Tapi ketahuilah bahwa ada beberapa jenis dosa dan kesalahan yang dilakukan yang tanpa diketahui mungkin telah mengganggu kenyamanan jiwa pasangan kita. Namun kali ini LangitAllah.com hanya akan membahas 5 dosa suami terhadap istri saja. Insya Allah pada kesempatan berikutnya akan kita bahas juga jenis dosa istri terhadap suaminya yang tentunya tidak kalah pentingnya untuk kita ketahui bersama.

Lalu Dosa apa saja yang telah seorang suami lakukan terhadap istrinya yang mungkin masih banyak suami yang belum mengetahuinya.

Dalam rangka saling mengingatkan (sebagai kewajiban seorang muslim), maka berikut ini 5 Dosa Suami terhadap Istri yang harus anda ketahui, diantaranya :

  1. Suami Yang Malas Mencari Nafkah Untuk Istri dan Anak-anaknya
  2. Suami Yang Selalu Berburuk Sangka kepada Istrinya
  3. Suami Yang Pelit Kepada Istrinya
  4. Suami Yang Mengkhianati cinta Istrinya
  5. Suami Yang Tidak Memberikan Nafkah biologis kepada Istrinya


Mari kita bahas satu persatu, supaya kita sanggup memahaminya.

1. Suami Yang Malas Mencari Nafkah Untuk Istri dan Anak-anaknya


Di antara kewajiban suami terhadap istri yaitu memperlihatkan nafkah. Di antaranya yaitu nafkah bahan berupa kawasan tinggal, pakaian dan makanan.

وَلَهُنَّ عَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

“Mereka (istri-istri itu) berhak mendapatkan nafkah dan pakaian yang layak, yang menjadi tanggung jawab kalian (para suami)” (HR. Muslim)

Dosa suami yang meresahkan istri, di antaranya adalah, dikala suami malas mencari nafkah. Ketika keluarganya kekurangan, dengan santainya ia menyuruh istrinya meminta kepada orang tua. “Minta saja ke orang tuamu, orang tuamu kan kaya. Buat apa sih harta sebanyak itu kalau tidak untuk anaknya. Toh bulan ini kita belum minta kan”

Dosa suami semacam ini menciptakan istrinya resah. Ia aib bila terus menerus minta kepada orang bau tanah padahal bila suaminya mau bersungguh-sungguh, ia bisa mencari nafkah tanpa harus menggantungkan kepada orang bau tanah atau mertua.

Dalam ungkapan Jawa terdapat istilah yang menarik untuk menyindir dosa suami model begini. “Mo limo,” bunyi ungkapan tersebut, “mangan melu mertuo mergawe moh.” Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya: “Makan ikut mertua, bekerja tidak mau.”

Meskipun tidak banyak suami model malas begini, namun kenyataannya ada. Semoga Allah melindungi kita dari yang demikian adanya.


2. Suami Yang Selalu Berburuk Sangka kepada Istrinya


Berburuk sangka (su’udhan) merupakan hal yang diharamkan Islam. Meskipun buruk sangka yaitu amalan hati, namun ia bisa mensugesti ucapan dan perbuatan sehingga istri galau lantaran ia selalu dicurigai dan dianggap bersalah.

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ

“Waspadalah dengan buruk sangka lantaran buruk sangka yaitu sejelek-jeleknya perkataan dusta.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ada suami yang berburuk sangka kepada istrinya soal amanah keuangan. Ketika ada uang berkurang, suami pribadi berburuk sangka dan menuduh istrinya. Padahal uang tersebut telah habis digunakannya sendiri. Atau dikala ada uang hilang, ia segera berburuk sangka dan menuduh istrinya telah mengambil uang tersebut. Setelah dicari ternyata ketemu di kawasan lain, contohnya di celana sebelumnya.

Ada suami yang berburuk sangka kepada istrinya soal cinta dan kesetiaan. Ia selalu curiga dikala ada telpon untuk istrinya, ada SMS masuk, atau ada tanda WA masuk. Saat istrinya tidur, ia membuka semua SMS, WA dan BBM yang masuk. Setiap ada telepon, ia menguping bunyi siapa di sana; pria atau perempuan.

Yang lebih parah, dikala suami berburuk sangka kepada istrinya soal kehormatan. Ia takut istrinya selingkuh, padahal ia tahu istrinya seorang yang shalihah. Ada sebuah anekdot, untuk memastikan istrinya tidak selingkuh, seorang suami setiap hari menggambar cicak di perut istrinya, dengan kepala menghadap ke bawah. Setiap sore ia periksa apakah gambar itu masih terbaca. Hari itu, kebetulan sang istri membeli lulur baru. Ia membersihkan seluruh penggalan tubuhnya dan tanpa disadari gambar cicak itu hilang. Ia khawatir nanti suaminya curiga yang tidak-tidak. Maka ia pun menggambar kembali cicak itu di perutnya. Sayangnya, ia tidak sadar bahwa ia keliru menggambar terbalik, cicaknya menghadap ke atas. Sang suami pun marah, “Apa yang kamu lakukan, mengapa gambar cicaknya telah berubah?” Sang istri yang dituduh bukan-bukan tak mau kehilangan akal. “Mungkin cicak ini nggak tahan baunya, jadi ia berbalik menghadap ke atas.”


3. Suami Yang Pelit Kepada Istrinya


Ini sedikit berbeda dibandingkan poin kedua. Sang suami sudah mencari nafkah, bahkan ia tergolong sudah kaya. Namun, ia sangat pelit dalam memperlihatkan nafkah kepada istrinya.

“Ini uang 1 juta, harus cukup untuk satu bulan ya. Termasuk membayar SPP anak-anak.” Mendengar itu sang istri hanya bisa diam. Lalu ia pergi ke kamar dan menangis. Ia takut bila meminta akan dimarahi menyerupai biasanya, namun dikala ia mendapatkan ia tahu uang itu tidak akan cukup sebulan.

Pernah seorang perempuan mengadukan kepada Rasulullah betapa pelitnya suaminya. Ia pun lantas bertanya apakah boleh mengambil harta suaminya demi memenuhi kebutuhan pokok lantaran sesungguhnya suaminya itu kaya dan banyak uangnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun lantas mengijinkannya mengambil sesuai kebutuha pokok.

Ibnu Qudamah menegaskan, “Memberikan nafkah kepada istri hukumnya wajib sebagaimana firman Allah dalam surat Ath Thalaq ayat 7.

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آَتَاهُ اللَّهُ

“Hendaklah orang yang bisa memberi nafkah berdasarkan kemampuannya. Sedangkan orang yang disempitkan rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya…” (QS. Ath Talaq: 7)


4. Suami Yang Mengkhianati cinta Istri


Menikah yaitu sebuah akad suci untuk hidup bersama dan saling setia. Namun kita lihat akhir-akhir ini, isu wacana masalah pengkhianatan cinta semakin banyak. Mulai selingkuh, berzina, sampai yang terselubung dalam bentuk pacaran dengan perempuan yang tidak halal baginya.

Suami selingkuh, dalam masalah ini, merupakan dosa yang paling meresahkan dibandingkan dengan suami berzina dengan pelacur. Sebab menduakan bukan hanya sekedar berzina tetapi juga ada ikatan cinta dan kekerabatan emosional. Wajar bila istri sangat murka dan tersakiti alasannya yaitu ia dikhianati dan diduakan dengan perempuan yang tidak halal.

Meskipun demikian, bukan berarti zina di mata Allah dosanya ringan. Sangat berat. Sebab Allah Subhanhau wa Ta’ala bukan hanya melarang zina tetapi juga melarang mendekati zina.

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kalian mendekati zina; sesungguhnya zina itu yaitu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra’: 32)


5. Suami Yang Tidak Memberikan Nafkah biologis kepada Istrinya


Dosa lain yang tak kalah meresahkan bagi istri yaitu dikala suaminya tidak memperlihatkan nafkah biologis kepadanya tanpa adanya udzur syar’i. Pada sejumlah kasus, dengan aneka macam alasan klise, seorang suami tidak memperlihatkan nafkah biologis kepada istrinya. Hal itu termasuk dosa lantaran suami istri wajib untuk memenuhi hak-hak pasangannya.

Bentuk yang lebih sering terjadi dan tidak disadari yaitu suami hanya mementingkan hajatnya terpenuhi. Mereka melaksanakan kekerabatan di malam hari, namun sang suami cepat keluar dan meninggalkan istrinya begitu saja tanpa memperlihatkan kepuasan kepadanya. Hal ini termasuk dosa.


Tadabbur


Wahai para suami... Ingatlah bahwa istri mu yaitu amanah yang Allah titipkan kepadamu, padanya engkau mempunyai hak dan tanggung jawab. Maka pergunakanlah hak dan tanggung jawabmu atasnya demi mencapai Ridha Allah Yang Maha Meridhai HAMBANYA.

Jika suatu dikala istrimu berlaku salah padamu, maka ingatkanlah ia supaya ia mengerti maksudmu.

Jika suatu dikala ia berkata buruk padamu, maka janganlah kamu membentaknya yang sanggup melukai hatinya yang lemah.

Jika istrimu lupa menunaikan kewajibannya, maka bersabarlah sembari meminta dukungan Allah Yang Maha Penolong.

Jika suatu dikala kamu dapati ia mendurhakai Allah, maka nasehati beliau dengan nasehat yang baik, mintalah Allah Yang Maha Membolak-balikkan hati supaya ia kembali ke jalanNYA.

Wahai suami...
Ingatlah... dosa istrimu yaitu juga lantaran kelalauianmu.. Maka berdoalah...

Berikut doa yang bisa kita jadikan acuan untuk memohon kepada Sang Pengabul Do'a.


Doa Memohon Ketentraman Dalam Keluarga


رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Ya Rabbi, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah bagi kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa (QS.Furqan(25):74)


Doa Nabi Ibrahim Untuk Keluargannya


رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Duhai Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang-orang yang berserah diri kepada-Mu dan jadikanlah anak cucu kami umat yang berserah diri kepada-Mu. Tunjukkanlah kepada kami cara-cara beribadah (kepada-Mu), dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha pengampun lagi Maha penyayang (QS. Al-Baqarah(2):128)


Doa Nabi Nuh Untuk Keluargannya


رَّبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَارًا ‌

Duhai Rabbi, ampunilah aku, ibu-bapakku, orang yang masuk kerumahku dengan iman, dan seluruh kaum mu'min pria maupun perempuan. Dan, janganlah Engkau tambahkan kepada orang-orang zhalim itu selain kebinasaan (QS.Nuh(71):28)


Doa Memohon Keselamatan Untuk Keluarga


رَبِّ نَجِّنِي وَأَهْلِي مِمَّا يَعْمَلُونَ

Duhai Rabbi, selamatkanlah saya beserta keluargaku dari akhir perbuatan mereka(orang-orang durhaka) (QS.Asy-Syu'ara (26):169)


Doa Memohon Rahmat Untuk Orang Tua


رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Duhai Tuhanku, limpahkanlah rahmat-Mu kepada ibu-bapakku sebagaimana mereka telah mengurusku dikala masih kecil (QS.Al-Isra(17):24)


Doa Keluarga Menjadi Pendiri Shalat (Ahli Ibadah)


رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

Duhai Rabbi, jadikanlah saya dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Duhai Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS.Ibrahim(41):40).


Demikian 5 dosa suami kepada istri nya yang harus anda ketahui, Insya Allah di lain kesempatan akan kita bahas lanjutannya, yakni dosa-dosa apa saja yang istri kadang lakukan kepada suaminya, yang tentunya juga wajib bagi seorang istri ketahui.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Dan bila anda suka dengan artikel di dalam web LangitAllah.com, maka silakan dipakai dan menyebarkan kepada sesama muslim. Ingatlah bahwa dalam surah Al Ashr kita diperintahkan untuk saling ingat mengingatkan dalam kebaikan dan sabar. Dan tentunya dengan hati yang ikhlas. Wallahu a'lam bishshawab.

#Tim LangitAllah.com

Sumber: dari aneka macam sumber

Label: 5 Dosa Suami Kepada Istri, Dosa, Dosa Suami, Keluarga

Label: ,

Hadist Keutamaan Pesan Yang Tersirat Shalat Berjamaah Awal Waktu Di Masjid

Keutamaan dan Hikmah Shalat Berjamaah - Tentunya kita sebagai umat islam dalam banyak sekali macam perbuatan yang kita inginkan yakni mempunyai keutamaan serta pesan yang tersirat yang kita harapkan, makanya kami di sini akan sedikit memperlihatkan salah satu hadist perihal keutamaan dan pesan yang tersirat sholat berjamaah di awal waktu, alasannya kalau kita tau keutamaan tersebut mungkin tidak akan sanggup untuk mengakhir-ngakhir melakukan sholat yang lima waktu.

Sholat wajib yang lima waktu itu selain mempunyai pesan yang tersirat dan keutamaan termasuk rukun islam yang dua bahlkan sholat termasuk pokok dalam agama kalau di ibaratkan dengan angka shalat itu nilainya satu, selain shalat nilainya nol,artinya tidak ada gunanya kita sering ibadah selain shalat kalau shalatnya ditinggalkan, bagaikan kita punya angka nol enam kalau tidak ada angka satu itu kan tidak berarti, tapi kalau dikasih angka satu jadi punya arti yaitu,1 000 000.makanya utamakanlah sholat terutama pesan yang tersirat keutamaan sholat awal waktu yang harus kita raih

Shalat lima waktu kalau kita lihat sejarah asalnya shalat yang lima waktu itu yakni 50 waktu sehari semalam, sebagai mana sejarahnya waktu Rosululloh SAW Isra' mi'raj yang pada jadinya rosul mengajukan permohonannya kepada Alloh SWT maka jadilah lima waktu, untuk lebih jelasnya lihat aja sejarah Isra' mi'raj makanya kita jangan sekali kali meningglkan sholat yang wajib tanpa ada udzur syar'i, orang yang ada udzr syar'i juga tetap sesudah hilah udzurya tetap sholat wajib di laksanakan dengan cara qadho.

 Tentunya kita sebagai umat islam dalam banyak sekali macam perbuatan yang kita inginkan yakni Hadist Keutamaan Hikmah Shalat  Berjamaah Awal Waktu Di Masjid

Shalat harus dikerjakan dalam waktunya yang telah ditetapkan dalam agama sebagai mana firman Alloh:

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا

“Sesungguhnya shalat mempunyai waktu yang telah ditetapkan bagi orang beriman.” (QS. An Nisaa': 103)
Mengerjakan Shalat di awal waktu. Shalat yang lima waktu seharusnya dikerjakan di awal waktu itu yang paling utama alasannya shalat di awal waktu mempunyai pesan yang tersirat yang paling istimewa,sebagai mana Imam Bagir as menjelaskan:

اعلم ان اول الوقت ابدا افضل فتعجل الخيرابدا ما استطعت

“Ketahuilah bahwa gotong royong awal waktu itu yakni sebuah keutamaan, oleh alasannya itu laksanakanlah secepatnya pekerjaan baikmu selagi kau mampu",.

Bahkan berdasarkan para ahli, setiap perpindahan waktu sholat, bersamaan dengan terjadinya perubahan tenaga alam dan dirasakan melalui perubahan warna alam .Kondisi tersebut sanggup kuat pada kesehatan, psikologis dan lainnya. Berikut ini kaitan antara shalat di awal waktu dengan warna alam.

Waktu Subuh,
Pada waktu subuh, alam berada dalam spektrum warna biru muda yang bersesuaian dengan frekuensi tiroid (kelenjar gondok).Dalam ilmu Fisiologi (Ilmu biologi yang mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan) tiroid mempunyai imbas terhadap sistem metabolisma tubuh manusia.

Warna biru muda juga mempunyai diam-diam tersendiri berkaitan dengan rejeki dan cara berkomunikasi. Mereka yang masih tertidur nyenyak pada waktu Subuh akan menghadapi persoalan rejeki dan komunikasi. Mengapa? ketika tiroid tidak sanggup menyerap tenaga biru muda di alam roh dan jasad masih tertidur. Pada ketika azan subuh berkumandang, tenaga alam ini berada pada tingkatan optimal.Tenaga ini lah yang kemudian diserap oleh tubuh kita terutama pada waktu ruku dan sujud.

Waktu Zuhur
Waktu zuhur lam berubah menguning dan ini kuat kepada perut dan sistem pencernaan insan secara keseluruhan. Warna ini juga punya imbas terhadap hati. Warna kuning ini mempunyai diam-diam berkaitan dengan seseorang. Mereka yang selalu ketinggalan atau melewatkan sholat Zuhur berulang kali akan menghadapi persoalan dalam sistem pencernaan serta berkurang keceriaannya.

Waktu Ashar
Waktu ashar alam berubah lagi warnanya menjadi oranye. Hal ini kuat cukup signifikan terhadap organ tubuh yaitu prostat, rahim, ovarium/ indung telur dan testis yang merupakan sistem reproduksi secara keseluruhan. Warna oranye di alam juga mempengaruhi kreativitas seseorang. Orang yang sering ketinggalan waktu Ashar akan menurun daya kreativitasnya. Di samping itu organ-organ reproduksi ini juga akan kehilangan tenaga konkret dari warna alam tersebut.

Waktu Maghrib
Waktu magrib warna alam kembali menjelma merah. Sering pada waktu ini kita mendengar banyak nasehat orang bau tanah semoga tidak berada di luar rumah. Nasehat tersebut ada benarnya alasannya pada ketika Maghrib tiba, spektrum warna alam selaras dengan frekuensi jin dan iblis. Pada waktu ini jin dan iblis amat bertenaga alasannya mereka ikut bergetar dengan warna alam. Mereka yang sedang dalam perjalanan sebaiknya berhenti sejenak dan mengerjakan sholat Maghrib terlebih dahulu. Hal ini lebih baik dan lebih selamat alasannya pada waktu ini banyak gangguan atau terjadi -tindih dua atau lebih gelombang yang berfrekuensi sama atau hampir sama dan bisa menjadikan fatamorgana yang bisa mengganggu penglihatan kita.

Waktu Isya
WaktuIsya pada waktu ini, warna alam menjelma nila dan selanjutnya menjadi gelap. Waktu Isya mempunyai diam-diam ketenteraman dan kedamaian yang frekuensinya sesuai dengan sistem kontrol otak. Mereka yang sering ketinggalan waktu Isya akan sering merasa gelisah. Untuk itulah ketika alam mulai diselimuti kegelapan, kita dianjurkan untuk mengistirahatkan tubuh ini.

Dengan tidur pada waktu Isya, keadaan jiwa kita berada pada gelombang Delta dengan frekuensi dibawah 4 Hertz dan seluruh sistem tubuh memasuki waktu rehat. Selepas tengah malam, alam mulai bersinar kembali dengan warna-warna putih, merah jambu dan ungu.

Perubahan warna ini selaras dengan kelenjar pineal (badan pineal atau “mata ketiga”, sebuah kelenjar endokrin pada otak) kelenjar pituitary, thalamus (struktur simetris garis tengah dalam otak yang fungsinya meliputi sensasi menyampaikan, rasa khusus dan sinyal motor ke korteks serebral, bersama dengan pengaturan kesadaran, tidur dan kewaspadaan) dan hypothalamus (bagian otak yang terdiri dari sejumlah nucleus dengan banyak sekali fungsi yang sangat peka terhadap steroid, glukokortikoid, glukosa dan suhu).Maka sebaiknya kita bangkit lagi pada waktu ini untuk mengerjakan sholat malam (tahajud).

Kita sebagai umat Islam sepatutnya bersyukur dikarenakan telah di’karuniakan’ syariat shalat oleh Allah Swt sehingga kalau dilaksanakan sesuai hukum maka secara tak sadar kita telah menyerap tenaga alam ini. Inilah hakikat mengapa Allah Swt mewajibkan shalat kepada kita sebagai hambaNya. Sebagai Pencipta Allah swt mengetahui bahwa hambaNya amat sangat memerlukan-Nya. Shalat di awal waktu akan menciptakan tubuh semakin sehat.

Itulah yang sanggup saya sampaikan mengenai Keutamaan dan Hikmah Shalat  Berjamaah Awal Waktu Di Masjid, semoga dengan adanya kitipan ini menjadikan sugesti bagi kita semua supaya bisa mengerjakan shalat sempurna pada awal waktuna. Baca juga niat dan bacaan sholat, shalat istkharah, sholat tahajud, sholat dhuha danmasih banyak lagi yang lainnya.

Label:

Keutamaan Berdzikir Untuk Rezeki Kita

 setiap insan pasti akan bahagia dikala dimudahkan dalam memperoleh rezeki Keutamaan BerDzikir Untuk Rezeki Kita
Ilustrasi Orang Yang Sedang Berdzikir

Keutamaan BerDzikir Untuk Rezeki Kita



Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sahabat LangitAllah.com, setiap insan pasti akan bahagia dikala dimudahkan dalam memperoleh rezeki. Rezeki bagi sebagian orang hanya digambarkan dalam bentuk uang dan harta kekayaan. Dan dalam kehidupan ini insan selalu berlomba-lomba dalam mengejar rezeki yang banyak, tak peduli apakah cara yang ia lakukan itu baik atau malah dimurkai oleh Allah.


Gambaran ini akan kita jumpai hampir di setiap kawasan di muka bumi ini. Tak ada seorang pun yang tak menginginkan hidupnya berkecukupan, alasannya yaitu itulah budbahasa manusia, yang selalu mengharapkan hidupnya berkecukupan dan sanggup memenuhi segala kebutuhannya. Tentu saja hal ini yaitu fitrah manusia, lantaran dalam mencapai Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama, insan selalu membutuhkan pendukung dan banyak sekali kebutuhan biar semuanya terealisasi dengan baik. Tidak ada satupun insan di muka bumi ini yang menginginkan hidupnya kekurangan, baik itu harta maupun yang lainnya.


Dalam keyakinan umat Islam, salah satu bentuk nikmat yang Allah berikan yaitu nikmat dimudahkan rezeki. Nikmat ini bagi seorang muslim merupakan nikmat yang wajib untuk disyukuri.

Allah Sybhanahu Wata'ala berfirman di dalam Al Qur'an, Surah Ibrahim, ayat 7 :

 وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya bila kau bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan bila kau mengingkari (nikmat-Ku), maka bekerjsama azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim : ayat 7)


Lalu bagaimana cara kita bersyukur kepada Allah atas nikmat rezeki yang telah kita peroleh?


Ada banyak sekali bentuk-bentuk ibadah yang sanggup kita lakukan sebagai bentuk rasa syukur kita akan segala nikmat rezeki yang telah Allah berikan kepada kita hambaNYA. Salah satu bentuk rasa syukur kita terhadap nikmat yang Allah berikan kepada kita yaitu dengan berdzikir. Berdzikir berarti mengingat Allah. Mengingat segala sifat-sifat Allah yang Maha Mulia. Dengan berdzikir dan mengingat Allah, maka Allah akan senantiasa mengingat kita serta memudahkan segala urusan kita. Bukankah gampang bagi Allah untuk membukakan pintu-pintu rezekinya bagi hambaNYA yang Ia kehendaki?

Baiklah, sebelum kita terlalu jauh membahas perihal Dzikir dan Rezeki, mungkin ada baiknya bila kita memahami dengan baik perihal apa itu Dzikir, dan Apa saja Keutamaan Berdzikir.


Pengertian Dzikir


Dzikir secara umum sanggup diartikan dengan aktivitas (ibadah) dalam mengingat Allah Subhanahu wata'ala. Orang yang berdzikir berarti orang yang sedang mengingat Allah. Namun perlu diketahui bahwa makna dzikir dalam pedoman islam tidak hanya sekedar mengingat, melainkan hingga ke tataran bisa menghayati dan menanamkan dzikir tersebut di dalam alam spiritualnya. Sehingga, dzikir tidak hanya diartikan sekedar di ucapkan di verbal kita, namun juga harus bisa memahami apa yang terucap oleh lisan, kemudian memaknainya, kemudian menghayati segala apa makna yang terkandung dalam ucapan verbal kita.

Terdapat beberapa ayat di dalam Al Qur'an yang membahas mengenai Dzikir. Perintah mengingat (Allah) sebanyak-banyaknya telah Allah sebutkan dalam firmannya :

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.”  (QS Al-Ahzab : 41)

Ayat ke 41 Surah Al-Ahzab di atas memperlihatkan bahwa berzikir telah Allah perintahkan kepada seluruh hambaNYA dengan sebanyak-banyaknya berdzikir. Di dalam ayat tersebut Allah Subhanahu wata'ala tidak memperlihatkan perintah dengan jumlah bilangan dzikir, melainkan dengan sebutan sebanyak-banyaknya. Allah menghendaki kita untuk senantiasa mengingatNYA di dalam setiap waktu kita sepanjang hidup ini.


Perintah berDzikir Membuat Hati Tenang


Allah tak sekedar memperlihatkan perintahNYA biar kita senantiasa mengingatnya dengan berdzikir. Dibalik perintah berdzikir itu ternyata ada hal menakjubkan yang Allah janjikan kepada hambaNYA yang senantiasa mengingatNYA. sebagaimana firman ALlah dalam Al Qur'an Surah Az Zumar ayat 23 :

 اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Alquran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi damai kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, pasti tak ada baginya seorang pemimpinpun.” (QS : Az Zumar : 23)

Dalam kandungan ayat ke 23 surah Az Zumar di atas, Allah hendak memperlihatkan bahwa dengan dzikir bisa menciptakan hati kita menjadi tenang. Sebagai manusia, ketenangan hati bukan sekedar perasaan biasa, namun bisa memperlihatkan kejernihan dalam berpikir dan bertindak. Ketenangan hati ini sangat kita butuhkan dalam menjemput rezeki yang halal dan baik.

di dalam ayat lain Allah juga berfirman :

 الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS : Ar Rad : 28)

Ingatlah sahabatku, betapa Allah menekankan perintah berzikir ini biar insan selalu menyerahkan segala urusan hidupnya atas kehendakNYA.


Keutamaan Berdzikir Menjauhkan kita dari Kerugian


Dahsyatnya berdzikir tentunya tak hanya hingga kepada pencapaian ketenangan hati dan jiwa. namun dengan berdzikir yang benar kita akan menyadari bahwa dunia ini hanya kawasan yang fana dan melalaikan. dan Allah menghendaki kita biar menjadi orang-orang yang beruntung. sebagaimana dalam firman Allah, Surah Al Munafikun ayat 9 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kau dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS Al Munafiquun : 9)

Dalam kandungan Surah Al Munafikun ayat 9 di atas, Allah menjelaskan bahwa insan diperintahkan untuk berzikir mengingat Allah dan jangan hingga kehidupan di dunia melalaikan kita dalam taat dan beribadah kepada Allah. Tentu saja hal ini menjadi utama, lantaran insan senantiasa membutuhkan Allah dalam hidup dan mustahil hidup bila tidak bergantung kepada Allah SWT. Untuk itu, berzikir yaitu salah satu proses menyelematkan kita dari kelalaian hidup di dunia fana ini.


Keutamaan Berdzikir Terhadap Rezeki Manusia


Umumnya insan menerka bahwa dengan berdzikir atau dengan menyebut-nyebut nama-nama Allah saja maka kita akan diselamatkan Allah dan diberikan rezeki yang banyak. Tentu saja itu yaitu pendapat yang keliru. Dzikir yang hanya diucapkan tanpa dipahami kandungannya itu sama saja berbicara dalam keadaan mabuk, tak paham sama sekali apa yang ia ucapkan. dan bila dzikir ini dianalogikan berdialog,maka dzikir yang dimaksud itu sama saja dengan dengan berdialog dengan kalimat yang ia sendiri tak mengetahui arti kalimatnya. Sama halnya menyerupai orang yang selalu memuji-muji atasannya, akan tetapi ia selalu lalai dalam melakukan kiprah atau melakukan perintah. Tentu saja, hal ini akan menjadi pertimbangan bagi sang atasan. Begitupun dengan kita terhadap Allah SWT. Allah tak akan memberika rezeki yang baik terhadap hambaNYA yang lalai.


Berikut yaitu klarifikasi bahwa keutamaan berdizikir mempunyai efek terhadap rezeki manusia.



Dzikir Mampu Mendatangkan Kehalalan Rezeki

Dengan berdzikir, perjuangan dan ikhtiar kita senantiasa dinilai dan dilihat oleh Allah SWT. Usaha yang disertai dzikir akan menciptakan insan senantiasa mencari rezeki yang halal dan diridhoi Allah, bukan sekedar mendapatkan harta atau hasil yang banyak tetapi haram. Untuk itu, berdzikir membantu kita dalam membukakan rezeki yang halal bagi insan serta membukakan kesuksesan dunia dan darul abadi tentunya


Dzikir Akan Melatih Keikhlasan Kita

Orang yang senantiasa berdzikir kepada Allah, akan selalu menyerahkan hasil akibatnya kepada Allah Yang Maha Berkehendak. Ia akan menyerahkan dikala segala ikhtiar yang telah ia kerjakan sesuai apapun kehendak Allah. Dengan begitu, dzikir menciptakan kita lebih nrimo dan tawakal atas rezeki yang Allah berikan. Keutamaan bertawakkal kepada Allah Subhanahu wata'ala tentunya akan mendatangkan ketenangan dan keikhlasan kita dalam mendapatkan apapun keputusan yang akan Allah berikan.


Dzikir Melatih Kita Agar Tidak Praktis Berputus Asa Akan Rezeki Yang Allah Janjikan

Dengan berdzikir, maka kita akan mengetahui bahwa dunia dan segala macam isinya yaitu mutlak milik Allah semata. Dengan berdzikir kita akan mengetahui bahwa Allah sajalah yang bisa memperlihatkan rezeki bagi hambaNYA yang Ia kehendaki. dengan demikian hati kita akan menjadi damai dan senantiasa merasa optimis bahwa segala sesuatu di muka bumi ini berjalan atas kehendak Allah. Sifat Maha Berkehendak Allah inilah yang akan melatih kita untuk tidak berputus asa dan selalu mengharap rezeki dengan ridhaNYA.

Tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi, bila kita senantiasa mengingat Allah, kita tak akan merasa ketakutan kekurangan rezeki atau kekurangan nikmat lantaran semua yang ada di dunia ini yaitu milik Allah. dan gampang bagi Allah untuk memperlihatkan sebagian isi dunia ini kepada hambNYA yang shaleh. (LangitAllah.com)

Sumber : dari banyak sekali sumber

Label: ,

Hukum Thaharah Yang Wajib Anda Ketahui

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sahabat,  kali ini langitallah.com akan membahas kajian wacana aturan thaharah. Mangapa kami mengutamakan pada fokus kajian aturan thaharah ini? Kita Akan Tahu pada simpulan pembahasan, sehabis kita sama-sama memahami isi kajian ini.

Inilah LangitAllah.com

Hukum Thaharah Yang Wajib Anda Ketahui

 akan membahas kajian wacana aturan thaharah Hukum Thaharah Yang Wajib Anda Ketahui
Gambar Ilustrasi - Hukum Thaharah yang wajib anda ketahui

Dalam pendidikan formal yang berlaku di Indonesia ini, sering kita jumpai kalimat yang menyebutkan bahwa “Kebersihan Itu Sebahagian Dari Iman”. Kalimat tersebut memang benar adanya, dan dikuatkan dengan dalil hadits yang diriwayatkan dalam hadits Muslim. Bersih yang bukan hanya sekedar bersih.

Setiap insan senang dengan kebersihan, lantaran fitrah insan ialah suci bagaikan selembar kertas putih yang belum tergores pena hitam di atasnya, suci yang berarti bersih, dan kebersihan hati ialah sebagian dari indikator tingkat keimanan kita sebagai hamba Allah yang diperintahkan untuk beribadah hanya kepadaNYA.

Ibadah yang dimaksud di sini bukan hanya sekedar melaksanakan syari’atnya saja, namun lebih fundamental dari hal sebelum kita melaksanakan ibadah, yaitu higienis dan suci. Bagaimana perasaan hati kita ketika melaksanakan ibadah shalat (misalnya), sementara tubuh kita masih belum bersih, higienis yang bukan hanya lantaran belum mandi atau basi keringat yang menyengat, Thaharah yang kita bahas bukan hanya sebatas itu. Namun lebih penting dari itu. Thaharah merupakan kasus yang sangat penting dalam pelaksanaan syari’at Islam, yang menghendaki kita higienis secara lahir dan batin. Karena pentingnya belahan kajian aturan thaharah ini, maka tak heran kalau kasus aturan Thaharah dan penjelasannya selalu menjadi belahan pertama yang dikaji di dalam kitab-kitab Fiqih yang tersebar di seluruh dunia.


Lalu, Apa Hukum Thaharah Itu?


Dalam pelaksanaannya thaharah sanggup diartikan sebagai suci tubuh (dari hadats dan najis), suci pakaian (dari najis), dan suci daerah (dari najis) yang merupakan syarat sahnya shalat. Dan untuk mencapai kesucian badan, pakaian dan tempat, tidak ada jalan lain kecuali dengan melaksanakan thaharah. Sehingga dengan demikian aturan thaharah akan menjadi WAJIB hukumnya.

Dalam pedoman agama Islam, sangat dianjurkan untuk mengutamakan kebersihan lahir dan batin dalam melaksanakan ibadah. Dalam banyak ayat, Allah memfirmankan urgensi kesucian batin. Islam juga mengaitkan bersuci dengan keimanan. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ


“Bersuci ialah separuh dari iman” [HR. Muslim]

Poin penting dalam menjaga kebersihan ini tampak pula dalam aturan detail wacana thaharah, yang pada ajaran-ajaran agama lainnya mungkin tidak mendapat porsi besar dan penting. Tata cara Wudhu, mandi dan tayamum dijelaskan secara rinci dalam hadits dan diuraikan panjang lebar oleh para ulama dan mujtahid. Pun dengan permasalahan khas muslimah; darah kebiasaan perempuan -haidh, nifas dan sebagainya- juga dijelaskan dengan sangat jelas. Demikian pula belahan pembahasan najis dan cara membersihkan benda-benda yang terkena najis. Singkatnya, Islam sangat mengutamakan kebersihan dan mendudukkan belahan pembahasan thaharah pada level yang sangat penting, lantaran thaharah merupakan dasar yang dihentikan ditinggalkan oleh seorang muslim sebelum pelaksanaan syariat ibadah yang lainnya.

Oleh lantaran pentingnya pembahasan pelaksanaan thaharah dan aturan thaharah, agama Islam menyediakan aneka macam alternatif pada kondisi tertentu atau darurat, sehingga muslim dan muslimah tetap sanggup melaksanakan thaharah di tengah keterbatasan kondisi dan situasi yang kurang memungkinkan.

Apa Saja Contoh Kondisi Tertentu Yang Dapat Mempengaruhi Hukum Thaharah?


Contoh kecil yang sanggup kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari ialah kondisi dimana ketika tidak ada air atau keadaan dimana kita sulit menemukan dan mendapat air yang suci dan mensucikan, bukan berarti thaharah ditiadakan dan shalat tidak perlu dilaksanakan. Namun yang dimaksudkan dalam keadaan ini ialah bahwa Islam menyediakan solusi dan jalan keluar untuk kondisi itu, berupa tayamum. Begitu juga dengan kondisi ketika seorang muslim sedang terbaring sakit yang berdasarkan ilmu kesehatan (atau saran dokter) dihentikan terkena air, upaya tayamum juga sanggup menjadi solusi untuk menggantikan tugas air dalam melaksanakan wudhu. Dan banyak kondisi lain menyerupai sedang dalam perjalanan tertentu di atas pesawat yang kurang memungkinkan kita untuk memperoleh air yang baik, maka di dalam kondisi ini kita dibolehkan melaksanakan tayammum sebagai pengganti air unttuk berwudhu.

Bahkan, pentingnya thaharah juga sanggup kita lihat dari perhatian Al Qur’an yang secara spesifik yang menjelaskan tata cara wudhu dan tayamum.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al Qur’an, Surah Al Maidah ayat 6, yang berbunyi :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kau hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu hingga dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu hingga dengan kedua mata kaki, dan kalau kau junub maka mandilah, dan kalau kau sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari daerah buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, kemudian kau tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kau dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kau bersyukur.” [QS. Al Maidah : 6]

Nah, sobat LangitAllah.com, demikianlah kajian kita wacana Hukum Thaharah yang wajib anda ketahui, bukan Cuma anda, tapi kita. Kami berharap kita semua sanggup memahami arti pentingnya kasus Thaharah dalam kehidupan sehari-hari sebagai penyempurna aktivitas kita melaksanakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Jika sobat suka dengan artikel ini, kita berharap sanggup melaksanakan thaharah sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Demi kelangsungan ibadah dakwah, tentunya kami sangat berharap tugas kita semua untuk jangan hanya kita saja yang memahami arti penting dari thaharah sebagai landasan ibadah kita ini. Mari kita bagikan dan teruskan info bangga ini kepada sobat seiman kita yang mungkin saja masih banyak yang belum memahami arti pentingnya thaharah ini. Allah berfirman di dalam Al Qur’an pada Surah Al Ashr :

“Demi Masa (1); Sesungguhnya Manusia itu benar-benar dalam kerugian, (2); kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (3).” [QS. Al Ashr : 1-3].

semoga kita tidak tergolong dalam golongan insan yang rugi sebagaimana ayat 1 dalam surah Al Ashr di atas. Wallahu A’lam Bishshawab. [Tim Redaksi LangitAllah.com]

Label: , ,

Dahsyatnya Keutamaan Wudhu Yang Perlu Kita Ketahui

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sahabat seiman, jumpa lagi dengan kami tim langitallah.com. Kali ini kita akan membahas uraian penting wacana Wudhu. Sahabat sekalian pastinya sudah tidak abnormal lagi dengan kata Wudhu ini. Wudhu yang kita paham merupakan salah satu syarat sempurnanya shalat seorang hamba Allah yang diberikan perintah beribadah hanya kepadaNYA, tanpa mempersekutukanNYA dengan apapun juga selainNYA.

Dahsyatnya Keutamaan WUDHU Yang Perlu Kita Ketahui

 Kali ini kita akan membahas uraian penting wacana Wudhu Dahsyatnya Keutamaan WUDHU Yang Perlu Kita Ketahui
Gambar Ilustrasi - Dahsyatnya Keutamaan WUDHU Yang Perlu Kita Ketahui

Keistimewaan Wudhu

Wudhu bukan sekedar membersihkan bagian-bagian anggota tubuh, namun di balik itu ternyata Allah menghendaki hambaNYA yang bertaqwa semoga tidak mengalami kesulitan di hari yang segala kesulitan terhebat berkumpul menjadi satu, ya, hari simpulan zaman kelak. Lho, kok hingga hari simpulan zaman pembahasan kita? Santai kawan, tidak, tidak akan hingga di sana pembahasan kita, Insya Allah lain kali aja. Hari simpulan zaman memang hari yang tidak ada seorang pun penolong kita kecuali diri sendiri bersama amal perbuatan kita semasa kita hidup di dunia, hari yang semua orang panik dan cemas akan keselamatannya. Tapi percayalah, kajian kita wacana Wudhu ini akan sangat berkaitan bersahabat dengan bagaimana keadaan kita kelak di hari kiamat, hari penghakiman. Di simpulan pembahasan ini, dengan izin Allah Subhanahu Wata’ala, sahabat sekalian akan sanggup menyimpulkan sendiri apa kaitan antara Wudhu dengan hari simpulan zaman itu. Maka kami sarankan semoga sahabat sekalian sanggup membaca isi kajian singkat ini dengan pelan dan hati-hati semoga sahabat sekalian sanggup memahami intisari pembahasan demi pembahasannya.

Baiklah, kita masuk ke pokok kajian kita wacana Wudhu ini. Ada banyak dalil yang sanggup kita jumpai terkait dengan duduk kasus Wudhu, tata cara Wudhu, hingga pada apa saja keutamaan wudhu itu sendiri dari banyak sekali kitab yang terhimpun dan disusun kembali dengan runut dan {Insya Allah} lengkap oleh para ulama besar dan terpercaya terdahulu.


Dalil - dalil Disyari'atkannya Wudhu

Disyari’atkannya wudhu ditegaskan menurut 3 macam alasan utama, diantaranya yaitu sebagai berikut :

1. Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala di dalam Al Qur'an, surat Al Maidah pada ayat 6, yang berbunyi :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فاغْسِلُواْ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُواْ بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَينِ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kau hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu hingga dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu hingga dengan kedua mata kaki. “

2. Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, yang berbunyi :

لا يقبل الله صلاة أحدكم إذا أحدث حتّى يتوضّأ

“Allah tidak mendapatkan shalat salah seorang di antaramu jika ia berhadats, sehingga ia berwudhu” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

3. Ijma’ para Ulama

Telah terjalin janji kaum muslimin atas disyari’atkannya wudhu sejak zaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam hingga ketika ini. Sehingga tidak sanggup disangkal lagi bahwa kasus wudhu yakni merupakan suatu ketentuan yang berasal dari agama kita, agama yang paling benar di sisi Allah, agama Islam.


Keutamaan Wudhu

Dalam banyak sekali buku atau kitab agama Islam, ada banyak sekali hadits-hadits yang menyebutkan keutamaan-keutamaan berwudhu, namun kali ini cukup kita sebutkan beberapa bab di antara sekian banyak dalil - dalil hadits yang menyebutkan keutamaan berwudhu. Sahabat sekalian sanggup mencari beberapa tumpuan dari kitab ulama terpercaya untuk memperoleh kajian fiqih yang mengkaji lebih mendalam perihal keutamaan berwudhu.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:

ألا أدلكم على ما يمحو الله به الخطايا و يرفع به الدّرجات؟ قالوا : بلى يا رسول الله. قال: إسباغ الوضوء على المكاره و كثرة الخطا إلى المسجد وانتظار الصلاة بعد الصلاة. فذلكم الرباط. فذلكم الرباط. فذلكم الرباط.

“Maukah saya tunjukkan kepadamu perbuatan yang Allah akan menghapuskan dosa-dosamu dan mengangkat derajatmu?” Para sahabat menjawab: “Mau ya Rasulullah.” Nabi menjawab: “Menyempurnakan wudhu dalam masa keberatan/susah (merasa dingin) dan banyak langkah menuju masjid serta menunggu shalat demi shalat, itulah ribath* (perjuangan), itulah perjuangan, sekali lagi perjuangan. “ [HR. Muslim]

* Ribath yakni berjihad dan berjuang di jalan Allah artinya terus menerus bersuci dan beribadah sama nilainya dengan berjihad di jalan Allah.

إذا توضّأ العبد المسلم أو المؤمن فغسل وجهه خرج من وجهه كل خطيئة نظر إليها بعينيه مع الماء أو مع آخر قطر الماء، فإذا غسل يديه خرج من يديه كلّ خطيئة كان بطشتها يداه مع الماء أو مع آخر قطر الماء، فإذا غسل رجليه خرجت من كلّ خطيئة مشتها رجلاه مع الماء أو مع آخر قطر الماء حتّى يخرج نقيا من الذنوب

“Jika seorang muslim atau mukmin berwudhu, lalu ia membasuh mukanya, keluarlah dari mukanya semua dosa yang dilihat dengan matanya bersama air atau tetesan yang terakhir dari air, dan jika membasuh kedua tangannya,  keluarlah dari tangannya tiap dosa yang disentuh dengan tangannya bersama air atau tetesan yang simpulan dari air dan jika membasuh kakinya, keluarlah semua dosa yang telah dijalani oleh kakinya bersama air atau tetesan air yang terakhir,  hingga ia keluar higienis dari semua dosa.” [HR. Muslim]

Sumber rujukan : Buku Panduan Mudah Rukun Islam, Darul Haq, Jakarta. Cetakan I, Rajab 1422 H. / Oktober 2001 M.

Itulah dahsyatnya keutamaan wudhu yang perli kita ketahui bersama. Subhanallah, begitu Maha Suci Allah yang dengan sifat Maha Pengasih dan PenyayangNYA bahkan dengan menyempunakan wudhu saja dosa – dosa kita semuanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dihapuskan atas kehendakNYA. Sahabat, keutamaan tersebut gres sebagian dari sekian banyak keutamaan dari ber wudhu yang sanggup kita peroleh dengan mengetahui ilmunya lalu menjalankannya sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Nah sahabat sekalian,  begitu pentingnya kasus wudhu ini untuk kita pahami, bukan hanya sekedar mengetahui perintahnya saja. Dengan memahami fadhilah dan keutamaan wudhu kami yakin ibadah shalat kita akan lebih khusyuk dengan semata-mata mengharap Ridha Allah Subhanahu wata'ala.

Sahabat, demi kelangsungan ibadah dakwah, tentunya kami sangat berharap tugas kita semua untuk jangan hanya kita saja yang memahami arti penting dari thaharah sebagai landasan ibadah kita ini. Mari kita bagikan dan teruskan gosip besar hati ini kepada sahabat seiman kita yang mungkin saja masih banyak yang belum memahami arti pentingnya thaharah ini. Allah berfirman di dalam Al Qur’an pada Surah Al Ashr :

“Demi Masa (1); Sesungguhnya Manusia itu benar-benar dalam kerugian, (2); kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (3).” [QS. Al Ashr : 1-3].

semoga kita tidak tergolong dalam golongan insan yang rugi sebagaimana ayat 1 dalam surah Al Ashr di atas. Wallahu A’lam Bishshawab. [Tim Redaksi LangitAllah.com]

Label: ,

Tata Cara Wudhu Yang Benar Sesuai Sunnah Nabi Saw

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sahabat Hukum Thaharah Yang WAJIB Anda Ketahui) dan Berwudhu (pada artikel - Dahsyatnya Keutamaan wudhu untuk kita ketahui). Banyak saudara kita seiman dan seaqidah yang masih belum memahami problem Tata Cara Wudhu Yang Benar Sesuai Sunnah Nabi SAW. Sementara sasaran kita dalam mengerjakan ibadah shalat yakni dengan mencapai kesempurnaan shalat. Dan yang menjadi langkah awal dalam ibadah shalat yakni wudhu. Namun apakah tata cara wudhu kita selama ini sudah sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam?

Tata Cara Wudhu Yang Benar Sesuai Sunnah Nabi SAW

 kali ini kita akan melanjutkan pembahasan yang kemudian kita perihal Thaharah   Tata Cara Wudhu Yang Benar Sesuai Sunnah Nabi SAW
Gambar ilustrasi -  Tata Cara Wudhu Yang Benar Sesuai Sunnah Nabi SAW

Ternyata sebagian besar umat muslim masih mempertanyakan apakah tata cara wudhunya sudah sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi kita atau belum. Kebimbangan dalam diri dan tanpa upaya untuk mencari tahu yakni sebuah kesalahan fatal yang telah kita biarkan selama ini. Tidak kahawatikah kita dengan shalat kita nanti? Ketika kita diperhadapkn pada Persidangan Allah Subhanahu Wata'ala?

Wudhu yakni pecahan dari pecahan pembahasan Thaharah, alasannya yakni pentingnya wudhu untuk mensucikan diri kita, maka kami tim sahabat LangitAllah.com berupaya untuk saling ingat mengingatkan dalam kebaikan dan taqwa.

Berikut ini akan kita uraikan satu persatu, perihal Tata Cara Wudhu Yang Benar Sesuai Sunnah Nabi SAW.

WUDHU


A. Tata caranya:

Dari Humran bekas budak ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu anhu :

أَنَّ عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوْءٍ فَتَوَضَّأَ: فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذلِكَ، ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ، ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِ هذَا ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِ هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لاَ يُحَدِّثُ فِيْهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.

“’Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu anhu minta diambilkan air wudhu kemudian berwudhu. Dia cuci kedua telapak tangannya tiga kali. Kemudian berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung kemudian mengeluarkannya. Lalu membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh tangan kanannya hingga ke siku tiga kali, begitupula dengan tangan kirinya. Setelah itu, ia usap kepalanya lantas membasuh kaki kanannya hingga ke mata kaki tiga kali, begitupula dengan kaki kirinya. Dia kemudian berkata, ‘Aku pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu sebagaimana wudhuku ini, kemudian Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa berwudhu menyerupai wudhuku ini, kemudian shalat dua raka’at dan tidak berkata-kata dalam hati [1] dalam kedua raka’at tadi, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.’”

[1] : Tentang urusan-urusan dunia, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Muslim.-ed.
Ibnu Syihab menyampaikan bahwa ulama-ulama kita berkata, “Wudhu ini yakni wudhu paling tepat yang dilakukan seseorang untuk shalat.” [Muttafaq ‘alaihi: [Shahiih Muslim (I/204 no. 226)], ini yakni lafazhnya, Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (I/266 no. 164), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (I/180 no. 106), dan Sunan an-Nasa-i (I/64).

B. Syarat sahnya


1. Berwudhu diawali dengan Niat

Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ.

“Sesungguhnya perbuatan itu tergantung pada niat.”
[Muttafaq ‘alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (I/9 no. 1)], Shahiih Muslim (III/1515 no. 1907), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (VI/284 no. 2186), Sunan at-Tirmidzi (III/100 no. 1698), Sunan Ibni Majah (II/1413 no. 4227), dan Sunan an-Nasa-i (I/59).

Tidak disyari’atkan mengucapkannya, lantaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengerjakannya.

2. Mengucap Basmalah

Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ وُضُوْءَ لَهُ، وَلاَ وُضُوْءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ.

“Tidak sah shalat seseorang tanpa wudhu. Dan tidak ada wudhu untuk seseorang yang tidak menyebut nama Allah.” [Hasan: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 320)], Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (I/174 no. 101), dan Sunan Ibni Majah (I/140 no. 399).

3. Berkesinambungan (tidak terputus)

Berdasarkan pada hadits Khalid bin Ma’dan:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَجُلاً يُصَلِّي وَفِيْ ظَهْرِ قَدَمِهِ لُمْعَةً قَدْرَ الدِّرْهَمِ لَمْ يُصِبْهَا الْمَاءُ فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُعِيْدَ الْوُضُوْءَ وَالصَّلاَةَ.

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang pria sedang melaksanakan shalat, sedangkan pada punggung telapak kakinya ada pecahan sebesar uang dirham yang tidak terkena air. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menyuruhnya mengulang wudhu dan shalatnya.” [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 161)], Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (I/296 no. 173).


C. Rukun-rukun Wudhu


  1. 1, 2. Membasuh wajah, termasuk berkumur dan menghirup air melalui hidung.
  2. 3. Membasuh kedua tangan hingga siku. [6]
  3. 4, 5. Mengusap seluruh kepala. Dan indera pendengaran termasuk kepala.
  4. 6. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki.

[6] Imam asy-Syafi’i berkata dalam al-Umm (I/25), “Membasuh kedua tangan tidaklah cukup kecuali dengan membasuh antara ujung-ujung jemari hingga siku. Dan tidaklah cukup kecuali dengan membasuh sisi luar, dalam, dan samping kedua tangan, hingga sempurnalah membasuh keduanya. Jika meninggalkan sedikit saja dari pecahan ini, maka tidak boleh".

Allah Subhanahu wata'ala berfirman di dalam Al Qur'an, Surah Al-Maaidah ayat 6, yang berbunyi :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kau hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu hingga dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu hingga dengan kedua mata kaki…” [QS. Al-Maa-idah: 6]

Perihal berkumur-kumur serta menghirup air ke dalam hidung, maka disebabkan keduanya masih termasuk (membasuh) wajah, hingga wajiblah aturan keduanya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan membasuhnya dalam Kitab-Nya yang mulia. Dan telah terang tanpa kontradiksi di dalamnya bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam melakukannya dalam wudhu secara terus-menerus. Semua yang meriwayatkan serta menjelaskan tata cara wudhu dia (Shallallahu ‘alaihi wa sallam) juga menyebutkannya. Itu semua menyampaikan bahwa membasuh wajah yang diperintahkan dalam al-Qur-an yakni dengan berkumur dan menghirup air ke dalam hidung. [As-Sailuul Jarraar [(I/81)].

Dalam hadits yang lain dengan substansi Serup, juga terdapat perintah mengerjakan keduanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَلْيَجْعَلْ فِي أَنْفِهِ مَاءً ثُمَّ لِيَسْتَنْثِرْ.

“Jika salah seorang di antara kalian berwudhu, jadikanlah (hiruplah) air ke dalam hidungnya, kemudian semburkanlah.” [Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir (no. 443)], Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (I/234 no. 140), dan Sunan an-Nasa-i (I/66).
Serta dalam hadita yang lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga menyebutkan dalam sabdanya

وَبَالِغْ فِي اْلاِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنَ صَائِمًا.

“Hiruplah air ke hidung dengan sangat, kecuali jikalau kau sedang berpuasa.” [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 129, 131)], Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (I/236 no. 142, 144)

Dan juga sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam :

إِذَا تَوَضَّأْتَ فَمَضْمِضْ.

“Jika engkau berwudhu, maka berkumurlah.” [Ibid.]

Dalam berwudhu, mengusap kepala dilakukan merata dengan aturan wajib. Karena perintah mengusap dalam al Qur'an masih bersifat global, maka klarifikasi lebih rinci dikembalikan kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Disebutkan dalam Ash-Shahihain dan yang lainnya bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap kepala dia secara merata. Di sini terdapat dalil atas aturan wajibnya mengusap kepala secara tepat ketika melaksanakan wudhu.

Dalam sebuah kasus, jikalau suatu ketika ada yang bertanya, “bagaimana dengan penyataan dalam hadits al-Mughirah disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap ubun-ubun dan pecahan atas sorban beliau?”

Maka jawabannya adalah, “Beliau mencukupkan mengusap ubun-ubun saja lantaran membasuh sisa kepala telah tepat dengan mengusap pecahan atas sorban. Inilah pendapat kami. Bukan berarti ini yakni dalil atas bolehnya mencukupkan mengusap ubun-ubun atau sebagian kepala tanpa menyempurnakannya dengan mengusap pecahan atas sorban.” [Tafsiir Ibni Katsiir [(II/24)], dengan pengubahan.
Sehingga dengan demikian sanggup disimpulkan bahwa, wajib mengusap kepala secara merata. Dan orang yang mengusap, jikalau suka, dia boleh mengusap kepala saja, atau pecahan atas sorban saja, atau boleh juga kepala dan pecahan atas sorban. Semuanya benar dan ada dalilnya.

Sesangkan kedua indera pendengaran kita merupakan pecahan yabg tidak terpisah dari kepala. Maka wajib aturan mengusap keduanya. Dasarnya yakni sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang berbunyi :

اَلأُذُنَانِ مِنَ الرَّأْسِ.

“Kedua indera pendengaran yakni pecahan dari kepala.” [Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 357)] dan Sunan Ibni Majah (I/152 no. 443).

7. Berwudhu dwngan menyela-nyela jenggot

Berdasarkan hadits Anas bin Malik Radhiyallahu anhu : “Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berwudhu, dia ambil segenggam air kemudian memasukkannya ke bawah dagunya. Dengan air itu dia sela-selai jenggotnya. Beliau lantas bersabda:

هكَذَا أَمَرَنِي رَبِّيعز عزوجل .

“Begitulah Rabb-ku Azza wa Jalla memerintahku.” [Shahih: [Irwaa’ al-Ghaliil (no. 92)], Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (I/243/ no. 145), dan al-Baihaqi (I/54).


8. Berwudhu dengan menyela-nyelai jari-jemari kedua tangan dan kaki

Hal ini menurut sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu :

أَسْبِغِ الْوُضُوْءَ، وَخَلِّلْ بَيْنَ اْلأَصَابِعِ، وَبَالِغْ فِي اْلاِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنَ صَائِمًا.

“Sempurnakanlah wudhu, sela-selai jari-jemari, dan hiruplah air ke dalam hidung dengan kuat, kecuali jikalau engkau sedang berpuasa.”


D. Sunnah-Sunnah Wudhu

1. Bersiwak (menggosok atau membersihkan ekspresi dan gigi)

Dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia menyampaikan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:

لَوْ لاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِيْ َلأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ الْوُضُوْءِ.

“Seandainya tidak memberatkan umatku, pasti kuperintahkan mereka bersiwak tiap kali berwudhu.”

2. Membasuh kedua telapak tangan tiga kali pada awal wudhu

Hal ini didasarkan pada riwayat dari ‘Utsman Radhiyallahu anhu dalam ceritanya perihal tata cara wudhu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Beliau membasuh kedua telapak tangannya tiga kali.”

3. Menggabungkan berkumur dan menghirup air ke dalam hidung dengan segenggam air sebanyak tiga kali.


Hal ini bersasarkan pada hadits ‘Abdullah bin Zaid ketika dia mengajarkan wudhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salla : “Beliau berkumur dan menghirup air ke dalam hidung dari satu genggam tangan. Dan dia melakukannya sebanyak tiga kali.” [Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 125)] dan Shahiih Muslim (I/210 no. 235).

4. Melakukan keduanya dengan besar lengan berkuasa dan bersamaan bagi yang tidak puasa.
Hal ini menurut pada sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam :

وَبَالِغْ فِي اْلاِسْتِنْشَاقِ إِلاَّّ أَنْ تَكُوْنَ صَائِمًا.

“Hiruplah air ke dalam hidung dengan kuat, kecuali jikalau engkau sedang puasa.”

5. Mendahulukan anggota badan yang kanan daripada yang kiri
Hal ini menurut pada hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma (istri dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam) :

كَـانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ التَّيَـامُنُ فِيْ تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطَهُوْرِهِ وَفِيْ شَأْنِهِ كُلِّهِ.

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam suka mendahulukan pecahan kanan ketika menggunakan sandal, menyisir rambut, bersuci, dan dalam semua hal.” [Muttafaq ‘alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (I/269/168)], Shahiih Muslim (I/226 no. 268), (XI/199 no. 4122), dan Sunan an-Nasa-i (I/78).

Perihal ini juga didasarkan pada kisah ‘Utsman ketika menceritakan tata cara wudhu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam : “Beliau membasuh pecahan kanan kemudian pecahan kiri.”

6. Menggosok-gosok

Hal ini menurut pada hadits ‘Abdullah bin Zaid: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi tiga mudd air. Beliau kemudian berwudhu dan menggosok kedua tangannya.”[Sanadnya shahih: [Shahiih Ibni Khuzaimah (I/62 no. 118)].

7. Membasuh anggota badan sebanyak tiga kali

Hal ini menurut pada hadits ‘Utsman Radhiyallahu anhu : “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam wudhu dengan membasuh tiga kali.”

Ada juga dalil dengan sanad yang shahih yang menyatakan bahwa beliau, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah wudhu dengan membasuh sekali atau dua kali. [Hasan Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 124)], Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (I/258 no. 158), dari hadits ‘Abdullah bin Zaid. Diriwayatkan juga dalam Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (I/230 no. 136), Sunan at-Tirmidzi (I/31 no. 43), dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.

Disunnahkan juga mengulang usapan kepala secara adakala atau tidak dilakukan tiap kali ber wudhu.

Hal ini menurut riwayat shahih dari ‘Utsman. Bahwa dia berwudhu kemudian mengusap kepala tiga kali. Dia kemudian berkata: “Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu menyerupai ini.” [Hasan Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 101)] dan Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (I/188 no. 110).

8. Dilakukan Berurutan

Dan begitulah adanya kebanyakan wudhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana dikisahkan oleh orang yang menceritakan tata cara berwudhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun terdapat riwayat shahih dari al-Miqdam bin Ma’dikarib:

“Dia membawakan air wudhu untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau lantas berwudhu dan membasuh kedua telapak tangannya tiga kali. Membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh kedua tangannya tiga kali. Beliau kemudian berkumur dan (menghirup air ke dalam hidung lalu) menyemburkannya. Setelah itu mengusap kepala dan kedua telinganya…” [Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 112)] dan Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (I/211 no. 121).

9. Berdo’a sesudah final berwudhu

Hal ini menurut pada sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam : “Tidaklah seorang di antara kalian berwudhu, kemudian menyempurnakan wudhunya, kemudian berdo’a:

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

“Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak dibadahi dengan benar kecuali Allah. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad yakni hamba dan utusan-Nya.” Melainkan dibukakan baginya delapan pintu Surga. Dia memasukinya dari arah mana saja yang ia kehendaki.” [Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 143)] dan Shahiih Muslim (I/209 no. 234).

At-Tirmidzi juga menambahkan:

اَللّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ.

“Ya Allah, jadikanlah saya termasuk orang-orang yang bertaubat. Dan jadikanlah saya termasuk orang-orang yang bersuci.” [Shahih: [Shahiih Sunan at-Tirmidzi (no. 48)] dan Sunan at-Tirmidzi (I/38 no. 55).

Dari Abu Sa’id, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berwudhu kemudian mengucap:

سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ.

“Mahasuci dan Terpuji Engkau ya Allah. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau. Aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu.” Niscaya ditulislah dalam lembaran putih, kemudian dicap dengan sebuah stempel yang tidak akan rusak hingga hari Kiamat.” [Shahih: [At-Targhiib (no. 220)], Mustadrak al-Hakim (I/564). Tidak ada riwayat yang shahih perihal berdo’a ketika wudhu (pada ketika membasuh tiap-tiap anggota wudhu.’-pent.)

10. Mengerjakan Shalat dua raka’at setelahnya
Hal ini menurut pada hadits ‘Utsman Radhiyallahu anhu sesudah mengajari mereka tata cara wudhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Aku melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu sebagaimana wudhuku ini. Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوُ وُضُوْئِـي هذَا، ثُمَّ قَـامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لاَ يُحَدِّثُ فِيْهِمَا نَفْسُهُ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.

“Barangsiapa berwudhu sebagaimana wudhuku ini, kemudian shalat dua raka’at, sedang dia tidak berkata-kata dalam hati (tentang urusan dunia) ketika melakukannya, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.”

Dan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Bilal ketika hendak shalat Shubuh, “Wahai Bilal, beritahulah saya amalan yang paling engkau harapkan (pahalanya) yang engkau kerjakan dalam Islam. Karena bahwasanya saya mendengar bunyi kedua sandalmu di hadapanku di Surga.” Dia menjawab, “Tidaklah saya melaksanakan amalan yang paling saya harapkan (pahalanya). Hanya saja, saya tidaklah bersuci, baik ketika petang maupun siang, melainkan saya shalat (sunnah) dengannya apa-apa yang sudah dituliskan (ditakdir-kan) perihal shalatku.” [Muttafaq ‘alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (III/34 no. 1149)] dan Shahiih Muslim (IV/1910 no. 2458).

[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA – Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 – September 2007M]

Sahabat, demi kelangsungan ibadah dakwah, tentunya kami sangat berharap tugas kita semua untuk jangan hanya kita saja yang memahami arti penting dari thaharah sebagai landasan ibadah kita ini. Mari kita bagikan dan teruskan gosip bangga ini kepada sahabat seiman kita yang mungkin saja masih banyak yang belum memahami arti pentingnya thaharah ini. Allah berfirman di dalam Al Qur’an pada Surah Al Ashr :

“Demi Masa (1); Sesungguhnya Manusia itu benar-benar dalam kerugian, (2); kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (3).” [QS. Al Ashr : 1-3].

Semoga kita tidak tergolong dalam golongan insan yang rugi sebagaimana ayat 1 dalam surah Al Ashr di atas. Wallahu A’lam Bishshawab. [Tim Redaksi LangitAllah.com]

Sumber: almanhaj.or.id

Label: , , , , ,